TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto mengatakan, di era digital saat ini, informasi dengan mudah dan cepat tersebar hingga menyentuh tataran masyarakat bawah Kabupaten Tasikmalaya.
Tak jarang, kemajuan teknologi informasi yang mengecilkan dunia, sehingga kelompok tertentu memanfaatkan teknologi informasi untuk menebar kebencian, permusuhan, menghasut, menghujat dan memfitnah serta menumbuhkan sifat adu domba.
Tidak sedikit pula ada pihak yang memanfaatkan jejaring komunikasi dan informasi untuk memuluskan sebuah paham yang mengatasnamakan kebenaran agar orang lain melakukan sebuah perubahan cepat yang mengarah kepada radikalisme.
BACA JUGA: Pertamina Depo Tasikmalaya Pastikan Pasokan BBM Jelang Nataru 2023 Aman
“Saat ini paham radikal tumbuh subur. Atas nama kebenaran bahkan agama, sengaja paham tersebut ditebar dengan dalih melakukan perubahan atau pembaharuan tatanan sosial untuk kebaikan sesuai ukuran mereka. Paham yang mengabaikan kepentingan dan hak-hak orang lain,” kata Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto, Senin (12/12/2022).
Perkembangan situasi seperti ini ujar dia, tidak bisa ditanggapi dengan sikap biasa-biasa saja, tetapi harus ada upaya-upaya kuat untuk meminimalisir agar tidak menjadi ancaman serius ke depan.
“Sedini mungkin, upaya-upaya meminimalisir paham radikalisme harus dilakukan karena kita hidup bernegara dan berpemerintahan dan bermasyarakat. Satu-satunya benteng terkuat untuk menangkal radikalisme adalah pendidikan,” tutur Ade Sugianto.
Menurutnya, pendidikan dasar tentang bagaimana kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara menjadi tanggung jawab semua.
“Pendidikan menjadi penting karena kebodohan sejatinya membawa kehancuran. Maka saya menekan kepada masyarakat Kabupaten Tasikmalaya khususnya untuk tidak membiarkan anak-anak tidak sekolah atau pesantren. Ini menjadi kewajiban semua pihak,” ujar Ade Sugianto.
Selanjutnya, ucap dia, adalah agama atau keyakinan. Dimana tidak ada agama satupun yang mengajarkan atau memerintahkan kejelekan atau kejahatan.
“Agama tidak pula mengajarkan untuk menyakiti orang lain. Bahkan menyakiti diri sendiri pun tidak boleh. Maka, pemahaman agama yang benar dan utuh menjadi dasar terciptanya ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata politisi PDI Perjuangan Kabupaten Tasikmalaya ini.
“Radikalisme yang mengatasnamakan agama, saya pastikan kebohongan besar,” sambung Ade.
Hal berikutnya terang dia, adalah budaya. Bagaimana masyarakat hari ini berusaha agar budaya tidak tercerabut dari kehidupan.
“Contoh kecil, saya lahir sebagai orang Sunda. Budaya sunda sangat kuat mengajarkan bagaimana kita “someah tur hade ka semah”. Artinya betapa penghormatan terhadap orang lain sekalipun baru kenal, begitu dijunjung tinggi. Agama pun mengajarkannya,” kata Ade Sugianto.
Dia menambahkan semua upaya tersebut penting diperhatikan sebagai bagian dari kewaspadaan terhadap perkembangan paham radikal yang dapat menghancurkan kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.
(Farhan)