BANDUNG,FOKUSJabar.id: Perkembangan teknologi yang serba digital menjadikan tantangan dakwah Persistri semakin berat membangun, menjaga dan memelihara ketahanan keluarga.
Demikian mengemuka dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I PP Persistri di Gedung Sejuta Cinta Persistri, Jalan Kalipah Apo, Blk no 1, Kota Bandung, Rabu (13/12/2022).
Hadir dalam acara itu PW Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Maluku, Banten, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Riau.
Ketua Pelaksana Siti Nurjanah berharap, Muskernas I PP Persistri bertajuk ‘Revitaljsasi Peran Dakwah Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga di Era Digital’ senantiasa bisa meningkatkan kualitas diri dan menjadi mar’ah sholihah ummu muhtarimah serta jaddah saaidah.
“Inilah yang akan menjadi salah satu implementasi dari gerakan dakwah Peristri dalam menjawab tantangan dakwahnya, juga sebagai pondasi demi terwujudnya ketahanan keluarga,” kata Siti.
Ketua Umum PP Persistri Lia Yuliani meminta jamiyyah lebih berkonsentrasi pada gerakan dakwah amar ma’ruf nahyi munkar.
“Ilmu Allah luas dari umur kita yang terbatas, dengan ilmu pula Persistri menjadi mar`ah sholihah, ummu muhtarimah dan jaddah saidah. Maka Persistri harus memiliki ketahanan dari berbagai aspek sosial, ekonomi dan goncangan-goncangan persoalan dalam kehidupan,” kata Lia.
Yang berperan di sisi itu, kata dia, adalah kaum hawa yang memiliki multi peran. Sehingga mampu mengokohkan ketahanan umat dan bangsa.
BACA JUGA: Jelang Muktamar XVI, Persis Gelar Sidang Lengkap V
Lia pun mengapresiasi kerja keras dan kerja cerdas panitia atas terselenggaranya Muskernas.
“Semoga Allah Swt memberikan kekuatan dan senantiasa melindungi serta melimpahkan rahmat Nya,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum PP Persis Dr Jeje Zaenudin mengatakan, mengembangkan dan memberdayakan potensi Jam’iyyah Persis menjadi shurotun mushogorotun sebagaimana dalam qanun dakhili Persis, menjadi bahan kekuatan.
“Menjadi kuat itu tergantung bagaiman kita mengolahnya. Potensi itu belum menjadi kemanfaatan jika belum berdaya guna,” kata Jeje.
Menurut dia, pemimpin yang pandai merasa, akan menjadi sosok yang akomodatif dan aspiratif.
(LIN)