spot_img
Jumat 26 April 2024
spot_img
More

    SMAN 1 Bantarujeg Majalengka Kembangkan Ikan Lele Menjadi Olahan Bernilai Tinggi

    MAJALENGKA,FOKUSJabar.id: Langkah mendorong tumbuhnya jiwa entrepreneur siswa, sekaligus menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi dan daya saing dalam menghadapi tantangan, SMAN 1 Bantarujeg, Kabupaten Majalengka mengembangkan budidaya ikan lele.

    Tak hanya mengembangkan budidaya ikan lele, SMAN 1 Bantarujeg yang berada di bawah binaan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IX Jawa Barat tersebut, juga berinovasi mengembangkan berbagai produk makanan olahan berbahan dasar lele.

    Walhasil, saat ini tak hanya sukses menumbuhkan jiwa enterpreneur di kalangan siswa, SMAN 1 Bantarujeg juga mampu mengembangkan budidaya ikan lele lengkap dengan berbagai produk olahannya seperti nugget lele, lele crispy, steak dan bakso lele.

    BACA JUGA: Lewat Kaulinan Lembur, KCD Pendidikan XIII Jabar Tangkal Siswa Dari Ketergantungan Gadget

    Kesuksesan SMAN 1 Bantarujeg dalam mengembangkan kegiatan tersebut merupakan buah kolaborasi semua pihak di bawah kepemimpinan Toto Warsito yang pernah menyandang predikat sebagai Kepala Sekolah Inspiratif Terbaik Tingkat Nasional 2021.

    Dalam bincang-bincangnya, Toto Warsito mengungkapkan, budidaya ikan lele yang dikembangkan SMAN 1 Bantarujeg merupakan inovasi yang dihadirkan dalam mendorong dan menumbuhkan jiwa entrepreneurship terhadap siswa.

    Toto berharap, dengan menumbuhkan jiwa entrepreneurship, hal itu dapat menjadi bekal bagi para siswa. Terlebih, tak sedikit dari siswa-siswa di Majalengka yang memilih mencari pekerjaan selepas lulus SMA.

    Dikatakan Toto Warsito, dirinya memahami betul tantangan yang dihadapi peserta didiknya saat ini, yang tentu dihadapkan dalam beberapa pilihan.

    “Saya memahami ketika lulus, mereka yang memiliki keinginan dan dukungan berbagai hal dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Tapi di Majalengka tak sedikit juga yang langsung mencari pekerjaan atau bahkan menjadi pengangguran karena tidak memiliki kompetensi. Tantangan itulah yang ingin kita pecahkan bersama dengan pengenalan entrepreneur,” kata dia.

    Menurut Toto, melihat fenomena kondisi tersebut, sebagai kepala sekolah, dirinya pun kemudian dituntut untuk dapat melahirkan inovasi hingga kemudian terpikir untuk mengenalkan dan mendorong jiwa entrepreneurship tersebut kepada siswa melalui budidaya ikan lele dalam ember. 

    Seiring perjalanan, menurut Toto, pihaknya mendorong para siswa untuk dapat menciptakan produk olahan agar memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Sehingga kemudian muncul beberapa produk olahan ikan lele yang telah dihasilkan para siswa mulai dari nugget lele, lele crispy, steak dan bakso lele. 

    “Termasuk dalam pemasaran, kita maksimalkan era digital ini dengan tersedianya sejumlah e-commerce atau platform jualan online. Jadi dari hulu ke hilir,” ujar Toto.

    Berkaca dari hasil riset di sekolah, Toto menyebut hanya 40 persen dari alumni yang beruntung dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi pada setiap momentum kelulusan. Karena itu, Toto pun merasa harus turut memikirkan 60 persen nasib alumni lainnya melalui pengembangan entrepreneurship pendidikan di SMAN 1 Bantarujeg. 

    “Meskipun tidak seperti di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tapi inovasi saya di SMA ini membekali siswa keterampilan hingga bidang pengolahan dan pemasaran,” kata dia. 

    Dia mencontohkan, jika menjual bahan baku ikan lele itu berkisar di harga Rp 15 hingga Rp 20 ribu per kilogram. Namun keuntungan akan melimpah lagi bilamana menjual produk olahan.

    “Ketika diolah menjadi bakso atau steak lele, untuk satu kilogram lele itu bisa menjadi 15 bungkus dengan harga jual Rp10 ribu untuk satu bungkus. Itu artinya satu kilo ikan lele dapat menghasilkan Rp150 ribu,” kata dia.

    Pria yang tengah melanjutkan pendidikan S3 Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Gunung Jati Cirebon ini mengakui, memang ada sejumlah tantangan yang dihadapi untuk memenuhi bahan baku ikan lele. Di mana di lokasi sekolahnya, yaitu Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, kerap kali terjadi kesulitan air. 

    Bila seperti itu, dia mengaku, tak jarang membeli bahan baku kepada petani untuk memenuhi permintaan pasar. Termasuk dengan merencanakan budidaya ikan lele menggunakan metode terpal.

    “Namun yang terpenting yaitu lebih pada pendidikan anak-anaknya. Hingga akhirnya dengan pengetahuan yang mereka miliki dapat berkarya sendiri di rumahnya. Lele itu hanya alat pembelajaran saja,” kata Toto.

    BACA JUGA: Mayjen Daniel Chardin Minta Capaian Program TMMD Dijaga dan Dirawat

    Toto Warsito pun mengaku memiliki harapan besar, semangat entrepreneurship tersebut meluas tidak hanya di dalam sekolah saja. Artinya, bila menjadi manfaat untuk lingkungan sekitar itu menandakan keberhasilan dari inovasi yang telah dilakukan. 

    “Saya baru saja beberapa bulan lalu diundang oleh kecamatan. Kebetulan ibu camatnya datang ke sekolah kemudian melihat budidaya ikan dalam ember.  Kemudian saya diundang untuk menjadi narasumber di depan dharma wanita dan PKK terkait pengetahuan budidaya ikan ini,” katanya. 

    Lebih lanjut, Toto mengaku, inovasi yang dia gagas tak lepas dari motivasi yang terus digulirkan oleh pemerintah, khususnya Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah IX Jawa Barat. Bahkan, untuk tingkat SMA/SMK/SLB yang ada di Jawa Barat, harus membuat program laporan kinerja harian, bulanan, hingga tahunan.

    “Artinya, kita memang difasilitasi untuk terus berkarya dan guru-guru juga begitu, sehingga iklim berinovasi dan berprestasi sudah menjadi kebutuhan, karena semua guru PNS Jabar harus melaporkan hampir tiap hari, melalui video, foto dan lainnya,” kata dia. 

    Berita Terbaru

    spot_img