Kamis 12 Desember 2024

CCTV di Kanjuruhan Sengaja Dihapus?

JAKARTA,FOKUSJabar.id: Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), mengakui memang ada bagian dari CCTV di Stadion Kanjuruhan yang terpotong.

Namun, anggota TGIPF, Laode M. Syarif mengatakan belum bisa memastikan apakah CCTV yang terpotong itu sengaja dihapus atau terhapus karena faktor teknis.

Rekaman CCTV yang terpotong itu merekam area lobi utama dan area parkir. Di dalam laporan TGIPF setebal 166 halaman, mereka mengaku rekaman CCTV yang terpotong itu menyulitkan atau menghambat tugasnya dalam menggali fakta.

Rekaman CCTV itu menjadi saksi bisu pergerakan awal rangkaian Baracuda yang melakukan evakuasi tim Persebaya usai mengalahkan Arema FC dengan skor 3-2.

BACA JUGA: Jelas, Aturan Polisi dan Istrinya Dilarang Pamer Harta Kekayaan!

Rekaman CCTV yang terpotong berdurasi 3 jam, 21 menit dan 54 detik.

“Belum tahu (apakah rekaman CCTV itu terpotong karena dihapus). Cuma memang ada yang terpotong. Jadi, masih diminta bagian (rekaman CCTV) yang hilang itu dari Polda Jawa Timur,” ungkap Syarif kepada IDN Times melalui pesan pendek pada Senin, 17 Oktober 2022 lalu.

Ia pun tak mau terburu-buru menyimpulkan bahwa bagian rekaman CCTV yang terpotong itu menjadi indikasi perbuatan untuk menghalangi upaya penyidikan atau obstruction of justice (OJ).
“Belum menyimpulkan ke arah sana (ada perbuatan OJ). Mari kita husnudzon (berbaik sangka) dulu,” kata dia.

Di dalam laporan itu, TGIPF Kanjuruhan menyebut, kematian massal di stadion milik Arema FC itu disebabkan adanya tembakan gas air mata. Senapan gas air mata dibawa oleh tim Sabhara Brimob dan Samapta Polres Malang.

Berdasarkan pengamatan melalui CCTV yang berada di papan skor, tembakan gas air mata pertama dilakukan oleh petugas keamanan satuan Brimob dari Porong. Mereka berada di sektor Ring I depan tribun nomor 13.

“Tembakan dilakukan berkali-kali. Terlihat kurang lebih 7 kali pada tembakan pertama. Situasi pada saat itu, aparat keamanan tidak dalam keadaan terancam namun masih menembakan gas air mata,” kata TGIPF di laporan mereka.

Tembakan, kata TGIPF, tak hanya diarahkan ke dalam lapangan, tetapi juga ke arah tribun suporter.

Dari rekaman CCTV, juga diketahui unsur pengamanan dari SSK Brimob dan Dalmas Polres terus menembakan gas air mata secara berturut-turut ke arah tribun nomor 10, 11, 12, dan 13. Situasi diperparah dengan kondisi angin yang bertiup ke arah selatan.

“Maka, asap gas air mata bergerak menuju ke arah tribun penonton nomor 3 dan 13,” tutur mereka, seperti dilansir IDN.

Hingga saat ini, total korban yang meninggal akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan mencapai 132 jiwa. Sementara, ratusan orang mengalami luka.

Saat berada di lapangan, TGIPF langsung melakukan pertemuan secara marathon dengan sejumlah pihak dan mengumpulkan barang bukti.

Temuan penting TGIPF Kanjuruhan lainnya terlihat di rekaman CCTV yang berada di pintu 3, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13. Usai gas air mata ditembakan ke tribun penonton, mereka kemudian panik.

“Kepanikan terlihat pada suporter yang berada di tribun nomor 8, 9, 10, 11, 12, dan 13. Sehingga suporter berlari keluar melalui pintu tribun yang kondisinya sangat sempit dengan jalur tangga yang menurun dengan kemiringan kurang lebih 60 derajat,” kata TGIPF.

Selain itu, konstruksi pintu tribun ekonomi berupa pintu dengan sistem sliding (geser) ukuran 270 cm X 300 cm. Kondisi pintu geser itu dalam kondisi tertutup karena sliding rusak.

“Terdapat pintu kecil dengan tiang di tengah yang digunakan untuk masuknya penonton dengan ukuran 156 cm X 180 cm dengan posisi terbuka. Kondisi pintu masuk yang relatif sempit dan tak memungkinkan penonton keluar dengan jumlah yang banyak. Sehingga, mereka saling berdesakan, terjadi penumpukan dan banyak penonton yang terhimpit serta terinjak-injak,” tutur TGIPF memberikan penjelasan di halaman 98.

(Agung)

Berita Terbaru

spot_img