Senin 9 Desember 2024

Teror Resesi Global, Saham ‘Raksasa’ di RI Anjlok!

JAKARTA,FOKUSjabar.id: Isu resesi yang selalu menyelimuti pasar keuangan global mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini.

Sepanjang pekan ini, Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut merosot 1,31% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (8/7/2022).

Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup longsor 0,57% di 6.651,9.

Sepanjang pekan ini IHSG masih menunjukan pergerakan volatil, di mana pada perdagangan awal pekan ini saja IHSG terkoreksi 0,27% di 6.722,14. Kemudian pada Kamis lalu, IHSG berhasil rebound dan menguat 0,74% di 6.690,08. Dengan ini, sepanjang perdagangan pekan ini IHSG nyaman berada di zona merah.

IHSG diperdagangkan di kisaran 6.600-6.700. Hingga saat ini, IHSG belum mampu menyentuh kembali zona psikologisnya di level 7.000.

BACA JUGA: Pemerintah Perkuat Hentikan Siaran Analog Dari Hulu ke Hilir

Melansir CNBC, Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 39,3 triliun.

Investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) hingga mencapai Rp 1,7 triliun di seluruh pasar pada pekan ini.

Saham PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) ambles 8,57% dalam sepekan. Perlu diketahui, saham GOTO memiliki bobot terbesar untuk IHSG sebesar 10%.

GOTO merupakan salah satu saham dengan bobot terbesar indeks.Sehingga pelemahan yang terjadi pada saham GOTO juga turut memicu koreksi pada IHSG.

Selanjutnya, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan bobot terbesar kedua juga melemah 2,1% dalam sepekan.

Mayoritas saham bank kakap dengan nilai kapitalisasi besar juga mengalami hal yang sama. Dalam sepekan Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ambles 4,01% PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ambles 2,14% dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) ambles 0,76%.

Namun, Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tercatat masih menguat 3,49% dalam sepekan. Selanjutnya ada saham sektor konsumen yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terkoreksi l,23%.

Pada saat yang sama, kinerja Wall Street yang mengecewakan berpotensi menular ke pasar keuangan Asia. Risiko penurunan dari inflasi tinggi semakin jelas terasa.

Ekonomi AS kini berada di ambang resesi. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia, apa yang terjadi di AS dapat menjangkiti negara lain.

Kondisi ekonomi global yang dibayangi dengan adanya risiko stagflasi yang muncul dari tingginya inflasi, pengetatan moneter, eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina dan kebijakan proteksionisme berbagai negara masih membuat investor ketar-ketir.

Banyak investor yang mulai mengurangi porsi investasinya di aset berisiko seperti saham sehingga membuat harganya drop. Peluang adanya outflows dari pasar saham memang masih terbuka, begitu juga dengan peluang koreksi.

(Agung)

Berita Terbaru

spot_img