BANDUNG,FOKUSJabar.id: Harga bahan bakan minyak (BBM) non subsidi Pertamax batak naik dan tetap di harga Rp12.500 per liter. Keputusan ini disampaikan Pertamina melalui PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial and Trading PT Pertamina (Persero).
Seperti dilansir medcom.id, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, penyesuaian harga BBM terus diberlakukan secara berkala sesuai dengan Kepmen ESDM 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU). PT Pertamina Patra Niaga memutuskan menaikkan harga BBM non subsidi diluar Pertamax dan sudah diberlakukan sejak Minggu (10/7/2022).
BBM non subsidi yang mengalami kenaikan harga adalah Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite serta LPG nonsubsidi seperti Bright Gas. Sementara untuk Pertamax yang merupakan BBM non subsidi, harganya tidak berubah.
“Penyesuaian harga ini dilakukan mengikuti tren harga pada industri minyak dan gas dunia,” kata Irto Ginting, Senin (11/7/2022).
Irto mengatakan, kenaikan BBM non subsidi, kecuali Pertamax, sekitar Rp2.000 per liter pada BBM. Sedangkan untuk LPG kenaikan dihitung per kilogram.
“Harga ini masih sangat kompetitif dibandingkan produk dengan kualitas setara,” Irto Ginting menjelaskan.
BACA JUGA: Hikmah PMK, Omzet Penjual Hewan Kurban di Bandung Naik
Berikut rincian harga BBM non subsidi berlaku 10 Juli 2022
Pertamax Turbo (RON 98): Rp16.200 (sebelumnya Rp14.500)
Pertamina Dex (CN 53): Rp16.500 (sebelumnya Rp13.700)
Dexlite (CN 51): Rp15.000 (sebelumnya Rp12.950 untuk wilayah DKI Jakarta atau daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) lima persen)
LPG non subsidi seperti Bright Gas akan disesuaikan sekitar Rp2.000 per kg
Sebelumnya Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya masih menaruh harga Pertamax Rp12.500 per liter. Sementara kompetitor lain telah menaikkan harga BBM berkadar RON 92 tersebut hingga Rp17.950 per liter.
Nicke bilang, kebijakan tidak mengubah harga BBM Pertamax untuk menahan migrasi konsumen Pertamax ke Pertalite. Jika harga Pertamax naik, maka konsumsi Pertalite akan semakin meningkat.
Ketika konsumsi Pertalite melebihi kuota, maka negara akan menombok subsidi tersebut dengan nominal besar dan tidak sesuai dengan porsi yang dianggarkan dalam APBN.
“Kita ini masih menahan coba dengan harga Rp12.500 per liter. Karena kita pahami kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini maka shifting ke Pertalite,” kata Nicke.
(Ageng)