BANDUNG,FOKUSJabar.id: PT Perkebunaan Nusantara VIII (PTPN VIII) mengalami kendala dalam proses produksi Teh, kendala tersebut terdapat pada bahan bakar pengeringan Teh yang harga terus naik.
PTPN VIII menggunakan bahan bakar Wood Pellet (WP), bahan bakar ini selain harganya terus naik kemudian pasokannya sulit karena pasokan WP untuk lebih tinggi. Akhirnya PTPN VIII mengganti WP ke Compressed Natural Gas (CNG) untuk pengolahan bubuk Teh (tea bulk).
Plt. SEVP Operation PTPN VIII Dian Hadiana Arief mengatakan, untuk menurunkan biaya produksi seiring harga jual teh yang relatif stabil dan meningkatnya harga bahan baku olah dan upah tenaga kerja, maka bahan bakar harus berganti ke yang lebih efektif dan efisien.
BACA JUGA: PTPN VIII Berikan Beasiswa Untuk 43 Anak Karyawannya
“Kami akhirnya berganti dengan CNG dengan bekerjasama dengan pihak ke tiga.” kata dia.
Dian menjelaskan, keunggulan CNG adalah proses pembakaran gas alam merupakan pembakaran sempurna (losses 0%) dibandingkan bahan bakar WP dengan losses sebesar 30-44% karena pembakaran kurang atau tidak sempurna, yaitu menghasilkan gas CO atau sebagian material tidak terurai berupa karbon/jelaga; dan nilai kalor CNG relatif lebih tinggi daripada WP, yaitu sebesar 9.923 KKal/m3 dibandingkan WP 4.200 KCal/Kg.
“Kami sudah pergantian bahan bakar ini dari Mei lalu. Pada tahap percobaan di pabrik Sperata Kebun Rancabali suhu inlet sudah tercapai sesuai standar kebutuhan suhu mesin TSD {105-110 °C) dan suhu mesin VFBD {110- 135 °C), penggunaan bahan bakar CNG ini akan efektif apabila tercapainya sasaran rasio penggunaan bahan bakar,” kata dia.
BACA JUGA: HUT ke-26, PTPN VIII Picu Transformasi Bisnis
Menurutnya, dari hasil uji coba tersebut dengan bahan bakar CNG ini, sangat cocok dijadikan bahan bakar alternatif, karena ramah lingkungan dalam setiap aktivitas proses bisnis di lapangan, hal ini sejalan dengan tujuan korporasi yaitu menjadi perusahaan agribisnis yang sehat dan berkelanjutan dengan mengutamakan kelestarian lingkungan.
“Dengan demikian tidak akan bergantung pada satu bahan bakar, terlebih bisa memangkas biasa,” kata dia.
(Anthika Asmara)