spot_img
Sabtu 21 Juni 2025
spot_imgspot_img

Modus Motivator JE Sebelum Tiduri Korban: Kamu Akan Jadi Sesuatu

JAKARTA,FOKUSJabar.id: Kasus dugaan perkosaan dan pelecehan seksual yang dilakukan motivator JE, makin melebar setelah para korbannya bermunculan di sejumlah media sosial.

Salah satunya dua korban pelecehan JE muncul di podcast Deddy Corbuzier. Dua korban JE lantas membongkar perbuatan bejat JE.

Tak hanya pelecehan seksual, JE yang juga pendiri sekolah SPI itu berulang kali melakukan kekerasan fisik dan verbal terhadap korbannya.

Bahkan dari pengakuan salah satu korban, ia diperkosa hingga 15 kali di sekolah SPI.

Dalam podcast yang diposting Rabu (6/7/2022) itu, Deddy menyebutkan awal mula ia mengetahui kasus yang menimpa kedua korban dari akun YouTube Cokro TV.

motivator JE
Tangkapan layar di Podcast Deddy Corbuzer. (web)

Sebelumnya, kedua korban pernah menceritakan kisah mereka di YouTube Cokro TV.

Deddy sendiri mengaku tak memaksa dua korban motivator JE bercerita tentang kisah pilunya.

BACA JUGA: Pertunjukan Aksi Porno di Manggo Live, Wanita Cantik dan 1 Pria Diamankan

“Yang kalian gak mau cerita, kalian gak usah cerita, tapi kalau kalian mau cerita, kalian cerita,” kata Deddy.

Namun kedua korban kemudian tidak keberatan menceritakan kronologi kasus yang menimpanya pada 2018 silam.

Korban yang tidak disebutkan namanya itu mengungkap bahwa motivator JE sering mencari bibit-bibit muda dengan alasan akan dididik sebagai pengusaha yang berhasil seperti JE.

Salah satu korban mengaku sering dipanggil di luar kegiatan sekolah. Waktu itu ia masih kelas dua SMA. Umurnya saat itu 16 tahun.

Ketika dipanggil ke ruang khusus JE, biasanya diawali dengan pemberian motivasi untuk masa depannya, atau JE kerap menanyakan kondisi keluarga korban.

Setelah memberi motivasi, JE kemudian mulai beraksi, seperti merangkul dan memeluk korban serta meminta korban menganggap JE seperti ayahnya sendiri.

“Kamu saya lihat punya jiwa leadership, kamu bisa saya jadikan sesuatu untuk mengangkat ekonomi keluarga. Intinya kamu harus nurut apapun kata saya,” kata korban menirukan ucapan JE, seperti dilansir IDN.

Awalnya korban ini tidak merasa aneh dengan sikap kebapakan JE. Sebab dia mengaku sudah menjadi anak yatim sejak kelas 6 SD, sehingga merasa menemukan figur ayah saat bertemu dengan JE.

Akan tetapi perasaannya berubah dalam hitungan menit, karena ketika itu korban mulai merasa tidak nyaman saat tiba-tiba JE menciumnya.

Sebulan setelah kejadian, korban dipanggil kembali menghadap JE pada malam hari untuk diberi motivasi. Awalnya, JE berbasa-basi dengan menanyakan kondisi keluarga korban. Korban kaget saat JE mendekat dan merabanya.

Korban menyatakan bahwa saat itu ia hanya merasa kaku, diam, kaget, bingung, dan tidak berani berbuat apa-apa. Ia hanya bisa diam dan diperintah untuk kembali ke asrama oleh JE.

Korban juga menyampaikan bahwa beberapa waktu setelah kejadian tersebut, JE kembali memanggilnya ke sebuah ruang khusus yang ditempati JE. Ruang itu masih berada di dalam lingkungan sekolah.

Korban mengatakan bahwa kondisi saat itu sudah gelap dan tiba-tiba JE menarik tangannya ke dalam salah satu ruangan.

“Di situ saya merasa enggak berharga, Tuhan ini gimana, saya harus bagaimana, saya enggak ngerti di situ,” ucapnya sambil menangis pilu.

Saat menceritakan kejadian tersebut, korban tidak kuasa menahan tangisnya. Ia juga sesekali terdiam.

Tangis korban semakin kencang saat menuturkan kejadian rudapaksa yang menimpanya berlangsung 15 kali.

Korban JE lainnya mengaku tidak sampai dirudapaksa, namun ia mengaku alami pelecehan ketika dipanggil ke ruangan JE pada malam hari.

Saat itu JE memanggilnya ke ruangan melalui WhatsApp. Ia tidak menaruh curiga karena manajemen sekolah sudah biasa mengadakan rapat ataupun meeting hingga malam hari.

Namun begitu sampai ruangan JE, tangannya langsung ditarik dan dilecehkan. Ia juga kaget mengetahui JE sudah tak berbusana. Korban sempat berontak dan menolak, namun tidak berdaya.

Ia juga mengaku pernah menyaksikan korban lain dilecehkan oleh JE di sore hari. Saat itu korban yang tinggal di asrama sekolah sedang mengambil jemuran. Kebetulan balkon tempat jemuran menghadap ke ruang guru. Saat itu ia menyaksikan kakak kelasnya sedang dilecehkan.

Korban JE juga mengaku menerima kekerasan fisik selama bertahun-tahun sejak 2018. Beberapa kali ia juga mengalami kekerasan fisik seperti ditempeleng atau diadu jidatnya.

Pada 2018, korban pernah mengadukan kejadian ini kepada ketua Yayasan sekolah dan berharap mendapat perlindungan. Namun hasilnya nihil, ia tidak mendapatkan perlindungan yang diharapkan.

Belakangan dua korban ini mengetahui mereka berdua bukanlah korban satu-satunya. Ternyata ada korban lain, namun di antaranya memilih berdamai karena tidak berani speak-up. Salah satu alasannya karena JE orang yang sangat berpengaruh di Malang, Jawa Timur.

“Kami berani mengadu ke Komnas Anak karena tidak ingin kejadian ini menimpa adik-adik kelas kami lainnya,” kata korban.

Sekarang kasus pelecehan seksual yang dilakukan JE ini dalam proses pengadilan. Meski sudah menjadi terdakwa dan proses sidang berjalan lebih dari satu tahun, JE tidak ditahan dan masih bebas berkeliaran.

(Agung)

spot_img

Berita Terbaru