Jumat 13 Desember 2024

Pernikahan Dini Picu Tingginya Angka Stunting

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Angka stunting di Kota Bandung masih tinggi meski sudah mengalami penuruan hingga 1,34 persen. Tahun sebelumnya, angka stunting mencapai 7.568 balita.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengatakan, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan angka stunting di Kota Bandung tinggi, salah satunya lingkungan tidak sehat.

Buruknya kondisi sanitasi serta kebersihan lingkungan dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak, termasuk pada penjaminan gizi untuk ibu hamil.

BACA JUGA: Cegah Stunting, Puskesmas Talegong Lakukan Ini

“Faktor kedua adalah stress. Kami pernah melakukan survei pada ibu rumah tangga (IRT) dan ditemukan tingkat stress sampai 60 persen baik yang disebabkan karena depresi, finansial, mental dan lainnya,” kata Ahyani di Balaikota Bandung, Jalan Wastukencana, jabar, Selasa (5/7/2022).

Untuk menanggulangi stunting, pihaknya gencar mengedukasi masyarakat guna mencegah pernikahan dini. Merujuk data BPS tahun 2021, pernikahan di bawah umur di Kota Bandung mencapai 8,81 persen, atau sekitar 300 ribu anak.

“Jadi kita edukasi masyarakat supaya  pernikahan di bawah umur tidak terjadi, karena risikonya sangat tinggi. Kita edukasi soal kesehatan ke masyarakat, itu ada tim kesehatan siaga, jadi kalau ada masalah kesehatan kita selalu siap siaga 24 jam,” kata dia.

Pernikahan dini dapat disebut sebagai akar terkuat terjadinya stunting. Hal ini karena ketidaksiapan mental orangtua muda dalam membesarkan anak.

Pernikahan dini juga berseberangan dengan Undang-undang nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan, bahwa batas usia pasangan yang menikah minimal berusia 19 tahun.

BACA JUGA: Kasus Covid-19 Kembali Meningkat, Dinkes Kota Bandung Minta Masyarakat Lengkapi Vaksin

“Usia pernikahan pertama idealnya ketika berusia 21 hingga 25 tahun ini diperlukan kolaborasi untuk menginformasikan kepada masyarakat kalau masalah stunting itu krusial,” kata dia.

(Yusuf Mugni/LIN)

Berita Terbaru

spot_img