JAKARTA,FOKUSJabar.id: Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI terus meningkatkan literasi digital di masyarakat. Cara ini diyakini dapat menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi di tengah kondisi pandemi.
Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando mengatakan, kondisi pandemi Covid 19 memaksa semua sektor nyaris gulung tikar, terkecuali Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan tulang punggung ekonomi bangsa. Jalur perdagangan online pun menjadi pilihan pelaku UMKM agar bisa bertahan sejak pandemi terjadi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengagas Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) pada 14 Mei 2022 sebagai ajakan menggunakan karya dalam negeri. Seiring itu, pelaku UMKM dituntut menumbuh-kembangkan berbagai ide/gagasan hingga inovasi baru sebagai solusi di tengah persoalan akibat pandemi (social entrepreneurship).
“Gerakan literasi digital yang digalang Perpusnas akhir-akhir ini diharapkan bisa menembus segala lapisan masyarakat agar bisa terliterasi tanpa ada lagi hambatan yang berarti. Penguatan literasi harus diyakini dapat menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi di tengah kondisi pandemi,” kata Syarif Bando saat live Talk Show, Rabu (25/05/2022).
Bahan bacaan, lanjut dia, saat ini sudah harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Artinya, merujuk kepada apa yang bisa mereka lakukan untuk bisa terus produktif.
Transformasi digital yang menjadi tagline utama tahun ini, kata Syarif, mengarahkan kepada upaya Perpusnas menyediakan konten-konten yang bisa diakses secara mudah dari mana saja dan kapan saja. Sekaligus memudahkan siapa saja untuk mendapatkan ruang pembelajaran baru, memfasilitasi para konten kreator, dan mengumpulkan berbagai konten legal dari seluruh kementerian/lembaga yang bisa diakses masyarakat.
“Perpustakaan sebagai sumber informasi, bisa memiliki sebanyak mungkin data dan informasi yang bisa di-share secara legal kepada masyarakat. Saat ini perpustakaan harus bisa memberikan tutorial untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, terutama bagi mereka yang terdampak pandemi,” Syarif Bando menjelaskan.
Syarif mengatakan, literasi digital yang digalang Perpusnas menjadi sebuah kebutuhan yang urgent. Urgensinya bukan hanya sebagai pusat data dan informasi, namun juga bergerak maju mencapai lima tingkatan literasi.
Selain kemampuan baca, tulis dan hitung, gerakan literasi harus menyediakan akses terhadap bahan bacaan yang semakin luas. Literasi pun harus mencapai tahapan memahami semua yang tersirat dan tersurat, lalu bisa melakukan inovasi pada produk yang sudah ada sehingga tiba pada level puncak yaitu literasi mampu membawa masyarakat sampai pada tingkatan bisa menciptakan barang dan jasa secara mandiri.
“Literasi digital sangat penting. Karena di negara-negara maju, mereka sudah tidak lagi bicara kegemaran membaca dan akses kepada buku. Mereka sudah menciptakan teknologi baru yang mendunia,” dia menegaskan.
BACA JUGA: Belajar Bahasa Inggris Sambil Bermain di Solve Education
Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda mengaku, concern keberpihakan dan perhatian yang tinggi dalam gerakan literasi dan budaya baca Indonesia. Media literasi akan selalu mengikuti zamannya.
Jika dulu, kata dia, literasi menggunakan media kulit hewan hingga lempeng batu yang membawa literasi dalam bentuk buku. Kini, internet sudah menjadi kebutuhan wajib masyarakat sehingga gerakan literasi harus ikut berada didalamnya dan perpustakaan bisa selalu relevan dimata publik.
“Perpusnas sudah melakukan ini sejak lama. Dengan digitalisasi konten, bahkan mendorong perluasan jejaringnya ke seluruh unit perpustakaan daerah-daerah,” kata Syaiful Huda.
Mendukung pentingnya gerakan literasi digital, Syaiful Huda yang mewakili lembaga legislatif, memberi dukungan yang serius bagi usaha Perpusnas dalam usaha mencerdaskan anak bangsa ini. Dia menginginkan gerakan literasi sebagai usaha kolaboratif lintas sektor, termasuk kementerian dan lembaga dari pusat sampai desa.
Selain itu, pihaknya pun selama ini selalu mengafirmasi agar Perpusnas mendapatkan porsi budgeting yang memadai untuk melaksanakan mandatori Presiden terkait penyiapan SDM Indonesia unggul.
“Kami sering mengetuk pintu, termasuk ke Kementerian Keuangan untuk membantu. Gerakan literasi ini bukanlah gerakan instan, tapi jangka panjang. Apalagi, literasi saat ini bukan hanya sekedar membaca dan mengambil inspirasinya, tapi sudah harus menciptakan sesuatu,” dia menegaskan.
(Ageng)