SINGAPURA,FOKUSJabar.id: Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura K Shanmugam mengatakan, negaranya menerima ancaman pasca menolak masuk Ustaz Abdul Somad (UAS) pada 16 Mei lalu.
Diketahui juga media sosial pejabat Singapura mendapat ancaman serupa. Bahkan, UAS menyerukan agar masyarakat jangan lagi berbelanja di negara itu.
Shanmugam mengatakan, ancaman dari pengikut UAS tak bisa diremehkan. Bahkan, ia menduga ancaman ini bisa sama seperti ancaman 9/11 di Amerika Serikat.
“Bisa ditarik pararel seperti insiden 9/11 bahwa pemimpin Singapura non-Muslim dan Singapura harus diserang. Jadi saya tak akan meremehkan ancaman ini,” kata Shanmugam, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (24/5/2022).
BACA JUGA: Harga BBM Meroket, Warga Jerman Berangkat Kerja Naik Kuda
Dia menyebut, sejumlah orang telah diselidiki berdasarkan UU Keamanan Internal bahwa mereka adalah pengikut UAS.
Orang ini termasuk remaja 17 tahun yang sempat ditahan pada Januari 2020 lalu. Remaja itu menonton ceramah UAS tentang bom bunuh diri dan mulai percaya bahwa ia harus berjuang untuk kelompok militan ISIS.
“Jadi Anda bisa lihat bahwa khotbah Somad memiliki konsekuensi di dunia nyata,” kata dia.
Shanmugam menilai bahwa UAS memanfaatkan momen di mana ia ditolak masuk dan langsung mengerahkan para pengikutnya.
“Mereka marah karena kami menolak Somad masuk. Pengikutnya menyerang kami secara siber, di hampir semua akun media sosial pemerintahan Singapura, termasuk saya. Mereka menyerukan boikot, meminta agar warga Indonesia tak ke Singapura,” katanya, seperti dilansir IDN.
“Mereka marah padahal kami menggunakan hak kami menolak seseorang masuk ke Singapura,” tambahnya.
Singapura, dalam pernyataannya, menyatakan bahwa penolakan UAS masuk diakibatkan karena penceramah itu kerap merendahkan agama lain serta menyebar kebencian.
“Dia pernah berceramah bahwa Muslim tidak boleh menerima pemimpin non-Muslim karena bisa menindas mereka. Dia juga melarang umat Muslim naik ambulans karena simbol Palang Merah seperti salib. Lalu tidak boleh mengucapkan Natal untuk orang Kristen. Anda menganggap semua itu dapat diterima di Singapura?” ujar dia.
Shanmugam menjelaskan, bahwa Singapura tidak berpihak pada satu agama tertentu dan menekankan toleransi di semua agama. Penolakan ini juga berlaku bagi penceramah agama lain.
Pasalnya, Singapura juga pernah menolak pengkhotbah asal Amerika Serikat Lou Engle dan dua pengkhotbah asing lainnya masuk ke ke negara itu, karena mereka pernah menghina Islam dan Buddha.
“Kami tidak akan membiarkan orang-orang seperti Somad mendapat kesempatan untuk membangun pengikut lokal atau terlibat dalam kegiatan yang mengancam keselamatan dan keharmonisan negara kami,” ujarnya.
(Agung)