JAKARTA,FOKUSJabar.id: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy secara resmi membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Bidang Perpustakaan 2022 di Ballroom Hotel Bidakara Jakarta, Selasa (29/3/2022). Seremoni pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh Menko PMK didampingi Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando.
Menko PMK yang didaulat sebagai pembicara kunci menyatakan, untuk mewujudkan manusia yang berkualitas dan berdaya saing, pembangunan manusia harus didasarkan pada layanan dasar dan perlindungan sosial, peningkatan produktivitas serta pembentukan karakter. Di era digital saat ini, arus informasi sudah sangat mudah dijangkau bahkan dunia mengalami kelimpahruahan sumber-sumber belajar.
Untuk itu, Muhadjir Effendy mendukung penuh pelaksanaan Rakernas Bidang Perpustakaan Tahun 2022 yang mengangkat tema ‘Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional’ ini. Pasalnya, masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini adalah seputar perilaku masyarakat di dunia maya.
“Sekarang problemnya justru nilai, problem aksiologi. Karena itu, sekarang harus pandai betul memilih bahan belajar yang tersedia begitu sangat lengkap. Bahkan bercampur aduk dengan sampah,” kata Menko PMK.
Kegagalan banyak orang dalam belajar, lanjut dia, adalah kegagalan memilah informasi yang tepat. Terutama dari handphone masing-masing.
“Tugas kita sekarang adalah bagaimana bisa mengais dan mencari informasi yang bernilai dalam bak sampah, terutama sampah virtual,” kata dia.
BACA JUGA: 215 Atlet Ikuti Kualifikasi Porprov Jabar XIV Cabor Anggar
Muhadjir Effendy menuturkan, tantangan terbesar bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan perpustakaan digital dan literasi digital adalah kesadaran aksiologis yang cukup rendah di dalam ruang interaksi digital.
“Karena tidak selektif, maka dunia maya kita kemudian mempengaruhi aura nasional. Kita memiliki aura kegelapan, penuh dengan hiruk-pikuk yang tidak mendukung ke arah kemajuan dan kewibawaan bangsa Indonesia,” Muhadjir menegaskan.
Di era digital ini, lanjut dia, kebenaran tak lagi datang mutlak dari sebuah sebuah temuan yang bisa dipertanggungjawabkan secara prosedural dan bisa dipertahankan secara professional. Di era saat ini, terkadang, kebenaran datang dari seberapa follower-nya, berapa yang like, berapa yang upload ulang.
“Kita bisa jadi tidak waras karena meladeni orang-orang tidak waras (di media sosial),” dia menambahkan.
Poin-poin penting tersebut, kata Menko PMK, menjadi tugas Perpustakaan Nasional, perpustakaan daerah, para pustakawan dan seluruh pegiat literasi. Yakni untuk membentuk isi kepala seluruh rakyat melalui gerakan literasi yang begitu masif digalakkan oleh Perpusnas.
“Pustakawan adalah penanggung jawab peradaban bangsa. Kalau mau menghancurkan peradaban sebuah bangsa, hancurkan perpustakaannya. Kalau kita ingin membangun peradaban suatu bangsa, bangunlah perpustakaannya,” kata dia.
Karena itu, digitalisasi perpustakaan bukan lagi menjadi pilihan. Namun sudah menjadi keharusan. Sehingga, sebagai induk dari seluruh bentuk perpustakaan di Indonesia, Perpustakaan Nasional harus membangun ekosistem nasional untuk mentransformasi keberadaan perpustakaan menjadi sumber belajar.
“Tingkat keberhasilan perpustakaan itu tak lagi berapa banyak yang berkunjung atau minjam buku. Tapi setelah dia datang ke perpustakaan, apa produk atau output yang dihasilkan,” Menko PMK menjelaskan.
Ia menekankan jika erpustakaan harus hadir di seluruh pelosok negeri, termasuk ke desa-desa. Pemerintah pun telah menganggarkan dana perpustakaan melalui Kementerian Desa untuk tujuan tersebut.
“Perpustakaan mobil atau perpustakaan bergerak juga terus dijalankan, apalagi peta jalan literasi saat ini masih belum berjalan maksimal karena efek Covid sangat terasa. Tapi semoga target yang direncanakan pemerintah melalui RPJMN juga bisa terealisasi dengan cepat,” Menko PMK menegaskan.
BACA JUGA: Truk Tangki Minyak Goreng Curah Terguling di Ciamis, Warga Berebut
Rakernas Bidang Perpustakaan tahun 2022 ini digelar secara hybrid, dengan peserta yang hadir secara luring (tatap muka) sekitar 750 orang. Sedangkan peserta terbanyak, hadir secara luring sekitar 10 ribu orang.
Peserta luring yang hadir di Hotel Bidakara terdiri dari Kepala Dinas Perpustakaan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Ketua Forum Perpustakaan/Penerbit Pengusaha Rekaman dan pihak-pihak yang telah melakukan kerja sama dengan Perpusnas selama ini.
(Ageng)