GARUT,FOKUSJabar.id: Selaawi Wisata Bambu menjadi slogan yang terus digaungkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, dalam beberapa tahun ini. Potensi alam yang melimpah didukung sumber daya manusia (SDM) produktif sangat memungkinkan untuk mewujudkan program wisata bambu terpadu berkelanjutan dalam skala nasional maupun internasional.
Optimisme tersebut bukan isapan jempol belaka, terlihat dari antusias para perajin yang tersebar di tujuh desa saat mengikuti pendampingan dari tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abdimas) Telkom University (Tel-U) dalam Focus Group Discussion (FGD) Integrated Bamboo Sustainability Tourism.
“Target kami dalam tiga tahun ke depan, program kawasan wisata bambu terpadu yang berkelanjutan di Selaawi dapat diwujudkan. Kami mencoba merancang gerakan satu arah mengenai apa saja yang harus dilakukan menuju Selaawi Kota Bambu yang terintegrasi,” ungkap Ketua Tim Abdimas Telkom University, Choira Anggarini, di sela-sela FGD di Aula Kecamatan Selaawi.
BACA JUGA: Pemkab Garut Usulkan 119 Ribu Set Top Box
Tahun pertama ini (2022), lanjut Choir, pihaknya akan mengkolaborasikan berbagai stakeholder mulai dari company (perusahaan), media, community, akademisi, dan lainnya. Keterlibatan berbagai pihak ini untuk memetakan pembagian tugas sesuai bidangnya masing-masing. Di tahun kedua, mulai dikembangkan bisnis dan wisata paralel yang terhubung satu sama lain. Tahun berikutnya menciptakan sebuah sistem yang kuat di Selaawi menuju Kota Bambu.
“Golnya di 2025, kami sangat berharap tercipta one stop tourism sebagai sebuah bisnis pariwisata bambu yang berkelanjutan di Selaawi,” kata Choir.
Hadir pula sebagai pembicara dalam FGD tersebut Wakil Dekan I Fakultas Komunikasi Bisnis (FKB) Telkom University Rah Utami Nugrahani, PhD, dan Camat Selaawi Ridwan Effendi. Menurut Rah Utami yang akrab dipanggil Hani, saat ini pekerjaan rumah (PR) paling besar di Selaawi adalah kesadaran masyarakat tentang pentingnya menciptakan bambu sebagai wisata khas daerahnya.
“Memang tidak mudah menyelaraskan pemikiran serta keinginan semua warga dalam membangun konsep wisata. Butuh sosialisasi berkelanjutan karena wisata bambu ini akan memberikan manfaat besar bagi perekonomian warga Selaawi,” kata Hani.
Sementara itu, Camat Selaawi Ridwan Effendi mengapresiasi kekonsistenan dan komitmen tim Abdimas Telkom University dalam mendampingi program Selaawi menuju Kota Bambu. Pihaknya mengaku terus mendorong para perajin bambu untuk berinovasi, salah satunya dengan membangun Selaawi Bamboo Creative Center (SBCC) yang kini dinamakan Gedung Dayeuh Awi.
“Habitat bambu di Selaawi sangat banyak. Kami kini tengah mengelompokkan rumpun bambu apa saja yang ada, juga perlu adanya pengukuran seberapa luas total areal tanaman bambu,” kata Ridwan.
BACA JUGA: Kecamatan Talegong dan UTD PMI Garut Gelar Donor Darah
Kecamatan Selaawi terdiri dari tujuh desa penghasil kerajinan berbahan baku bambu dengan area sangat luas, yakni Desa Cigawir, Cirapuhan, Mekarsari, Pelitaasih, Putrajawa, Samida, dan Desa Selaawi. Selaawi pun menorehkan sejumlah prestasi diantaranya telah memecahkan empat rekor MURI secara berturut-turut, yaitu kategori sangkar burung bambu terbesar di dunia dengan diameter 5,5 meter; rangkaian sangkar burung bambu terpanjang di dunia dengan panjang lebih dari 3 km; penanaman 100 bambu dengan jumlah 100 jenis bambu; dan membaca dongeng terlama sedunia.
“Ini sebagai triger untuk mewujudkan Selaawi sebagai kota bambu, dan kami sangat berharap Selaawi menjadi percontohan di tingkat nasional dan dunia sebagai salah satu destinasi wisata yang layak untuk dikunjungi,” kata dia.