RUSIA,FOKUSJabar.id: Rusia terus dijatuhi sanksi besar-besaran yang oleh negara-negara Barat pasca invasi ke Ukraina.
Tak hanya sanksi, banyak bisnis internasional termasuk McDonald’s, Coca-Cola dan Pepsi, juga menghentikan bisnis mereka di Rusia.
Merespon hal ini, negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu berjanji untuk membalas dengan menyusun rencana untuk menyita aset perusahaan barat yang meninggalkan negara itu.
BACA JUGA: Putin Akan Hentikan Invasinya ke Ukraina dengan Syarat ini
The Guardian pada Sabtu (12/3/2022) memberitakan, kementerian ekonomi Rusias mengatakan dapat mengambil kendali sementara atas bisnis yang keluar dengan asing melebihi 25 persen.
Sebelumnya pada Kamis, saat berbicara lewat video dengan anggota pemerintahannya, Putin mengatakan Kremlin dapat menemukan cara yang layak secara hukum untuk merebut perusahaan internasional.
“Pemerintah akan mendorong untuk memperkenalkan manajemen eksternal dan kemudian mentransfer perusahaan-perusahaan ini kepada mereka yang benar-benar ingin bekerja,” kata Putin.
“Ada cukup instrumen hukum dan pasar untuk ini,” kata dia, seperti dilansir IDN.
Sementara itu, Perdana Menteri Mikhail Mishustin mengatakan, bahwa di saat sebagian besar bisnis telah menghentikan sementara operasinya, situasinya akan dipantau secara ketat.
Dia juga menyebut bahwa langkah-langkah untuk memperkenalkan administrasi eksternal dapat digunakan.
Langkah itu dilakukan Rusia ketika pemerintah Barat berusaha untuk menerapkan sanksi maksimum ke pemerintahan Putin setelah negaranya melakukan invasi ke Ukraina.
Beberapa tekanan yang dijatuhkan Barat termasuk mengumumkan pembatasan drastis pada impor minyak dan gas Rusia, selain juga sanksi keuangan dan pembekuan aset untuk oligarki terkemuka.
Selain sanksi formal, bisnis besar barat dan merek terkenal termasuk Starbucks dan McDonald’s, telah mengambil langkah-langkah untuk keluar dari negara itu sepenuhnya atau menangguhkan operasi.
Shell telah mengumumkan rencana untuk menarik diri dari minyak dan gas Rusia, BP mengatakan akan keluar dari saham di proyek-proyek besar, sementara Unilever mengatakan akan menghentikan impor dan ekspor ke negara itu.
Burger King mengumumkan pada Kamis bahwa mereka akan menangguhkan semua dukungan perusahaannya untuk pasar Rusia, termasuk operasi, pemasaran, dan rantai pasokan.
Menanggapi respon Kremlin terhadap tekanan internasional tersebut, Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan pihaknya menggunakan tanggapan simetris terhadap sanksi yang dijatuhkan oleh Barat, termasuk penyitaan aset asing dan kemungkinan nasionalisasinya.
“Hal yang sama berlaku untuk penolakan perusahaan asing untuk bekerja di negara kita,” tulisnya dalam sebuah postingan di situs media sosial VKontakte.
Ia menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan barat yang meninggalkan negara itu bodoh karena mau dipengaruhi Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Dia juga mengatakan Rusia akan menanggapi secara fundamental dan keras atas kepergian perusahaan-perusahaan tersebut.
“Apa pun alasan eksodus itu, perusahaan asing harus memahami bahwa tidak akan mudah untuk kembali ke pasar kami,” katanya.
(Agung)