KUNINGAN,FOKUSJabar.id: Waduk Darma sudah tidak asing lagi di masyarakat karena merupakan salah satu objek wisata tertua, terkenal dan mungkin terindah di Kabupaten Kuningan Jawa Barat (Jabar).
Objek wisata tersebut mampu menampung volume air hingga 39 juta m3 atau 712,57 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Yang tak kalah menariknya, kawasan tersebut dikelilingi bukit-bukit kecil yang cukup menakjubkan dan menjernihkan mata dari polusi alam.
BACA JUGA: 5 Tanaman Ini Cocok Jadi Hiasan Hari Raya Imlek
Ditemani perahu kecil dengan gemuruh mesin dan desiran air bisa mengantar Anda berkeliling hingga ke bukit-bukit kecil tersebut.
Namun dikabarkan pemilik perahu ogah berlama-lama di bukit-bukit kecil itu. Konon, unsur mitosnya masih kental.
Jika ingin melepas lelah dan makan minum, para pengunjung harus putar arah lagi ke objek wisata Waduk Darma. Di sana terdapat gazebo-gazebo yang representatif.
Desiran angin pantai pun terasa sejuk. Tapi di saat musim hujan, mungkin harus dibekali dengan sweter yang membantu menghangatkan tubuh.
Waduk Darma yang terletak di sebelah barat daya Kabupaten Kuningan, tepatnya di Desa Jagara Kecamatan Darma dan berada pada lintasan jalan raya Cirebon-Kuningan-Ciamis, konon dibangun oleh Belanda (1922).
Waktu itu, seluruh tanah yang akan dijadikan Waduk oleh Belanda dibeli secara tunai (1939).
Tanah milik rakyat dibeli seharga 100 persen, Tanah milim Desa (2/3 persen) dan Tanah Bengkok dibandrol 1/3 persen dari harga normal saat itu.
Sebelumnya, Waduk Darma merupakan situ kecil dan sebagian merupakan areal pesawahan dan pemukiman penduduk antara Desa Darma, Jagara, Sakerta Barat, Sakerta Timur, Paninggaran, Cipasung, Kawahmanuk dan Parung yang terbentang aliran Sungai Cisanggarung.
Menurut catatan sejarah dalam buku yang ditulis Mulawarman, jauh sebelum Belanda membangun Waduk itu, bendungan atau situ yang cukup besar di lokasi Waduk Darma tersebut sudah ada dan dibangun oleh Mbah Dalem Cageur.
BACA JUGA: 7 Kebiasaan yang Buat laptop Tidak Awet
Sedangkan air yang mengalir ke bendungan itu berasal dari mata air Cihanyir dan dari hulu sungai Cisanggarung.
“Konon Mbah Dalem Cageur membuat bendungan itu untuk bermain putranya yaitu Pangeran Gencay (zaman para wali), dan untuk menyalurkan hobinya memelihara ikan. Mbah Dalem Cageur yang dibantu oleh para kurawanya selalu beristirahat di bukit itu (bukit yang ada di sekitar Waduk Darma) untuk menanak nasi dan berteduh,” kisah salah satu tokoh masyarakat setempat, Rohimin.
Salah satu bukit yang dipakai tempat beristirahat itu adalah Bukti Pangliwetan yang masih kelihatan natural hingga sekarang, sekalipun memang ada sedikit perubahan.
Yang membuat masyarakat setempat percaya mitos yaitu adanya peninggalan berupa onggokan tanah berupa congcot (nasi tumpeng).
Herannya, onggokan tanah itu tidak pernah rusak dan berubah sekalipun sudah sering diinjak dan dirusak manusia dan digenangi air.
Setelah digenangi air, Mbah Dalem Cageur pun membuat perahu untuk anaknya. Setelah bertahun-tahun, ternyata takdir berkata lain, Pangeran Gencay terbawa arus bendungan itu dan tenggelam hingga tewas.
Akhirnya kesedihan Mbah Cageur diakhiri dengan titah untuk tidak lagi mengairi bendungan itu.
Tak hanya itu, mitos lain yang kini masih dipercaya oleh masyarakat desa sekitar danau dengan seribu keramba yakni adanya Siluman Kepala Belut Putih yang menjadi penghuni Waduk Darma.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dusun, Desa Cipasung, Kecamatan Darma, Dedi. Menurut Dia, siluman tersebut akan muncul jika ada pengunjung atau warga yang bertindak di luar batas atau berkata sompral.
“Itu dulu pernah dipancing dengan kerbau ke tengah danau dan benar Siluman tersebut keluar,” katanya.
Hingga kini masyarakat sekitar masih mempercayai keberadaan Siluman Kepala Belut Putih. Siluman tersebut bakal muncul jika akan ada bencana dan keseimbangan alam Waduk Darma tak terjaga.
Selain itu, hal lain yang menjadi cerita misteri dan juga dikeramatkan yakni Gunung Goong.
Gunung Goong merupakan lokasi yang berada tepat di tengah-tengah Waduk Darma.
Gunung Goong dipercaya banyak dihuni makhluk halus yang sesekali menampakan diri pada waktu-waktu tertentu terutama pada malam Jumat Kliwon.
Saat itu, kerap sekali terdengar bunyi gamelan di area Waduk Darma. Meski bunyi gamelan yang sayup-sayup terdengar entah berasal dari mana, namun menurut masyarakat setempat berasal dari Gunung Goong.
Sekarang, Waduk Darma bukan lagi bendungan tetapi disulap menjadi tempat rekreasi yang banyak menyedot pengunjung.
Luas Waduk Darma sekitar 425 ha, dikelilingi bukit dan lembah serta pemandangan yang indah dengan udaranya yang sejuk.
Kini, Waduk Darma bakal dijadikan sebagai obyek wisata internasional. Sumber dananya dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar senilai Rp120 milyar.
Pemprov Jabar telah merancang Revitalisasi Waduk Darma begitu luar biasa. Selain ada bangunan-bangunan terapung juga dipercantik dengan gazebo – gazebo.
Selain itu, ada space khusus pedagang dengan nuansa bangunan artistik.
Sebagai daerah yang dikenal religius, tentunya di pinggiran Waduk Darma akan dibangun masjid besar.
Bangunan keramba ikan, atau jaring apung milik peternak ikan juga ikut diberdayakan.
Kini setelah direvitalisasi, revitalisasi tahap dua dilanjutkan dengan anggaran Rp40 milyar.
Tahap revitalisasi lanjutan ini akan menyasar sejumlah warung hingga area permainan anak-anak.
(Andini Rahmawati/Bambang Fouristian)