BANDUNG,FOKUSJabar.id: Gagasan dan pemikiran Proklamator bangsa, Bung Karno dan Bung Hatta, mengenai ekonomi kerakyatan sangat relevan untuk diterapkan pada saat ini.
Bung Karno melalui konsep Tri Sakti memiliki visi mewujudkan kemandirian bangsa di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan menuju kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Sedangkan Bung Hatta melalui Konsep Ekonomi Kerakyatan yakni koperasi sebagai sokoguru dan tulang punggung ekonomi.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, dua tokoh bangsa ini mempunyai visi untuk membangun kemandirian politik, budaya, dan ekonomi. Perjuangan Bung Karno dan Bung Hatta pun dirumuskan sangat jelas dalam pasal 33 Undang-undang Dasar 1945. Bung Hatta, lanjutnya, menegaskan jika ekosistem ekonomi berasaskan kekeluargaan wujudnya adalah koperasi.
Di tengah perkembangan dunia yang semakin kompetitif, dunia usaha terutama Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi harus melakukan inovasi dan transformasi. Karena itu, UMKM dan koperasi harus mengembangkan model bisnisnya dengan asupan informasi yang memadai.
Dia menjelaskan, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI memiliki kontribusi dalam mengembangkan UMKM dan koperasi di Indonesia tersebut. Salah satunya melalui konten informasi yang dimiliki.
“Karena itu penting akses informasi, akses terhadap pengembangan usaha, termasuk vokasi. Dengan peran Perpusnas yang bisa memberikan akses bagi pengembangan kewirausahaan di Indonesia,” kata Teten dalam talkshow Internalisasi Pemikiran Bung Karno dan Bung Hatta dengan tema ‘Literasi Kebangsaan Memperkokoh Nasionalisme dan Mempercepat Pemulihan Ekonomi Berbasis Koperasi’ yang digelar secara daring, Senin (23/8/2021).
Dia menambahkan, kemandirian ekonomi akan sangat kuat apabila ownership dari pembangunan ekonomi dan kegiatan usaha berada di masyarakat.
BACA JUGA: SMM Hub Dukung Peningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan, perpustakaan memiliki peran untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Buku-buku terapan yang ada di perpustakaan, akan bermanfaat untuk meningkatkan skill atau keterampilan masyarakat.
“SDM yang berkualitas adalah SDM yang memiliki penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan yang diimplementasikan untuk menciptakan barang dan jasa. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan income per kapita masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan,” kata Syarif Bando.
Sejak 2018, Perpusnas mengusung program Perpustakaan Transformasi Berbasis Inklusi Sosial untuk masyarakat marjinal. Tahun ini, program berlanjut dan pendampingan telah membuahkan hasil dimana masyarakat yang mengikuti program telah membuka UMKM.
“Ini sebagai bentuk dukungan penuh Perpusnas dalam meningkatkan literasi masyarakat untuk pemulihan ekonomi di era pandemi,” dia menjelaskan.
Sementara pakar Aliansi Kebangsaan, Yudi Latif mengatakan, Bung Karno dan Bung Hatta bagaikan sepasang sayap garuda Indonesia yang saling melengkapi. Sebagai pribadi, dua tokoh bangsa ini berasal dari latar belakang dan memiliki karakter yang berbeda. Namun, secara fundamental keduanya memiliki titik temu dalam membangun negara, terutama ekonomi dengan semangat kekeluargaan.
Yudi menyebut, konsep koperasi yang digagas oleh Bung Hatta adalah membangun satu ruang komunitas yang memungkinkan terjadinya semangat demokrasi, semangat partisipasi, dan menambah rasa percaya diri. Dengan membangun kekuatan bersama serta melakukan kolaborasi dengan seluruh kemampuan.
“Koperasi itu hakikatnya adalah ekonomi komunitas. Jadi kalau yang kecil-kecil ini tidak bisa mengumpulkan modal, maka harus berjejaring membentuk satu kekuatan kolektif, yang dengan itu bisa menjadi satu agen atau satu kekuatan ekonomi komunitas,” kata Yudi.
Hal senada diungkapkan putri bungsu Bung Hatta, Halida Nuriah Hatta. Dalam mengisi kemerdekaan, Bung Hatta mencoba untuk menyediakan fasilitas ekonomi bagi rakyatnya melalui koperasi, yang dikelola dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat.
“Setiap individu yang menjadi anggota koperasi itu mempunyai hak bicara dalam kegiatan ekonomi. Sehingga para anggota memiliki andil dalam memajukan koperasi, sebagai sebuah organisasi untuk mengangkat harkat martabat kehidupan mereka,” kata Halida.
Wartawan Senior Hasril Channiago mengatakan, pemikiran Bung Hatta, khususnya dalam membangun ekonomi kemandirian yang berbasis kerakyatan yaitu koperasi, masih sangat relevan dan dibutuhkan. Hanya saja, harus ada kemampuan politik dan kemauan negara untuk melaksanakannya.
Ketua Badan Pengurus Yayasan Pusat Kebudaya Minangkabau (PKM) ini menambahkan, harus ada keberpihakan untuk membangun koperasi dan UKM. Salah satunya pembatasan atau pengaturan jaringan ritel raksasa.
“Jadi sekarang yang kita perlukan adalah kemauan untuk mengimplementasikan pondasi landasan-pemikiran yang sudah dirumuskan oleh Bapak Bangsa kita, khususnya Bung Karno dan Bung Hatta,” Hasril menegaskan.
(Ageng)