BANDUNG,FOKUSJabar.id: Gubernur Jabar Ridwan Kamil bersama ulama dan umara se-Jabar menghadiri Munajat Akbar secara virtual dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Minggu (15/8/2021) malam.
Acara yang digagas Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin) Jabar tersebut diisi dengan zikir, tausiah dan doa bersama. Dia menuturkan, Munajat Akbar bertujuan untuk menguatkan ikhtiar melalui benteng doa para ulama dalam menghadapi situasi yang terjadi saat ini khususnya di Jabar.
“Semoga Allah SWT mengabulkan doa para ulama ini agar kita bisa melalui segala cobaan dan kembali seperti yang kita harapkan,” kata Ridwan Kamil.
Dua hari menjelang peringatan kemerdekaan RI ke-76, doa juga dipanjatkan untuk kebaikan bangsa Indonesia. Terlebih Indonesia kini tengah berjuang menghadapi situasi pandemi COVID-19. Dalam momentum kemerdekaan RI, Kang Emil berharap suatu hari nanti akan ada proklamasi kemerdekaan dari pandemi COVID-19.
“Kita doakan suatu hari nanti akan ada proklamasi kemerdekaan dari pandemi yang akan diumumkan oleh pimpinan negara,” kata dia.
BACA JUGA: BB1%MC West Java Chapter Bantu Kejar Target Herd Immunity di Jabar
Dalam acara tersebut, Dia juga mengatakan bahwa penanganan COVID-19 di Jabar terus membaik. Hal itu terlihat dari tingkat keterisian rumah sakit rujukan COVID-19 di Jabar yang terus menurun. Saat ini, tingkat keterisian di Jabar berada di angka 33 persen. Jumlah pasien sembuh pun terus bertambah.
“Kami sudah melewati masa kedaruratan, kondisi pandemi sudah turun tidak lagi pada level puncak seperti bulan lalu,” katanya.
Menurut Ridwan Kamil, penanganan COVID-19 yang terus membaik harus disertai dengan percepatan dan perluasan vaksinasi COVID-19. Hal itu dilakukan agar kekebalan komunal atau herd immunity dapat terbentuk akhir 2021.
“Kita sudah memulai program 3 juta vaksinasi untuk para santri, kiai, dan ulama yang ada di pesantren seluruh Jabar semata-mata karena perlindungan kami kepada dakwah islam,” katanya.
“Saya yakin sekarang banyak warga kita yang secara spiritualitas melemah, patah, sedih, pasrah dan marah, di situ pentingnya peran para ulama dan mubaligh dalam meningkatkan semangat dan optimisme hidup,” kata dia menambahkan.
Dia mengajak para ulama dan kiai untuk mengedukasi warga bahwa yang harus diutamakan adalah menghindari kemudaratan sebelum mencari kebaikan. Dengan pesan bijak dari para ulama tersebut, ia berharap warga bisa memahami maksud kebijakan pemerintah dalam membatasi mobilitas yang semata-mata hanya untuk melindungi masyarakat.
“Kalau ada buah durian bersebalahan dengan sarang tawon tentu syariat mengatakan kita harus membereskan dulu kebahayaan baru setelah itu kita ambil kebaikan,” katanya.
(Anthika Asmara)