Minggu 15 Desember 2024

“Demokrasi Digital dan Bijaksana Kendalikan Diri”

Oleh: Soviyan Munawar

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Disadari ataupun tidak bahwa saat ini Kita telah mengalami era digitalisasi di mana sebuah era jari jemari menjadi sangat kuat perannya dengan menggunakan sistem bilangan  biner atau bilangan basis dua.

Bilangan biner adalah sebuah sistem penulisan angka dengan menggunakan dua simbol. Yaitu 0 dan 1. Semuanya diperkuat oleh kekuatan Technology dan sains yang kompleks namun dirancang fleksibel.

Telah terjadi perubahan manual menjadi serba otomatisasi. Karenanya terjadi fungsi reduksi dan fungsi implikasi.

BACA JUGA: Inggris Bakal Cabut Wajib Masker, Selanjutnya Lockdown Dihapus

Perubahan tersebut membuat masyarakat terpolarisasi. Di antara mereka ada yang sangat menganggungkan dan cepat beradaptasi pada teknologi digital terutama flatform Media Sosial sebagai alat untuk berinteraksi serta meningkatkan kapasitas, produktivitas, namun ada juga yang tetap melakukan off line yang senang berinteraksi langsung dan tetap meningkatkan produktivitas kerjanya.

digital fokusjabar.id
Soviyan Munawar

Demokrasi sebagai wujud suara rakyat dari, oleh dan untuk rakyat tidak terkecuali terpengaruh era digitalisasi. Di mana demokrasi digital adalah dapat dipahami sebagai demokrasi yang tak terkungkung oleh limitasi ruang, waktu dan batasan fisik.

Demokrasi digital menggabungkan konsep demokrasi perwakilan dan demokrasi partisipasi dengan dunia nyata (offline) dengan dunia maya (online), interaksi saling mempengaruhi dan menjadi relasi esensial yang dalam perkembangan demokrasi kita saat ini. Baik di tataran negara, Partai Politik (Parpol) dan elit, media mainstream dan masyarakat pada umumnya.

Sifatnya saling mempengaruhi dan tarik menarik. Adanya proses tarik ulur kepentingan dan proses politik itulah yang kemudian menciptakan ”nilai pertama” demokrasi digital. Yakni demokrasi seduktif.

Istilah tersebut untuk menjelaskan bahwa demokrasi kini lebih sifatnya merayu, memengaruhi sekaligus mensugesti daripada nilai demokrasi sebelumnya yang bersifat asosiatif (mengajak, berkumpul dan mengelompok).

Pembentukan, kepemilikan serta redistribusi informasi secara instan, cepat dan tepat menjadi kunci penting dalam menciptakan preferensi politik publik melalui beragam informasi. Baik itu berita benar maupun hoax.

Dengan kata lain, implementasi demokrasi hari ini lebih kepada membentuk jaringan relasi personal privat di dunia maya untuk berkembang menjadi relasi komunal publik di dunia nyata.

Dengan Adanya sentuhan teknologi telah mengakselerasi demokrasi agar lebih dekat, nyata dan berkontribusi penting dalam menciptakan demokrasi secara kritis.

Dalam bahasa Yunani, kata demokrasi berasal dari dua kata. Yaitu, Demos (rakyat) dan Kratos (pemerintahan). Bisa kita tarik kesimpulan kalau demokrasi berarti pemerintahan rakyat.

Para netizen (warganet) yang mayoritas diisi oleh kelas menengah itulah yang tampil sebagai demos (rakat) dalam situasi kekinian melalui aktivitas klik, posting dan sharing di akun media sosialnya masing-masing.

digital fokusjabar.id
Era Digital (foto web)

Hal itulah yang menciptakan ”nilai kedua” demokrasi digital, yakni demokrasi konektif yang sifatnya berjejaring daripada nilai demokrasi sebelumnya lebih bersifat kolektif yang lebih bersifat organik.

Masyarakat Indonesia kelas menengah sekarang ini pada umumnya lebih melihat politik dalam perspektif informal, komunal, multilateral dan populis.

Perkembangan politik ke depan akan terus dipengaruhi oleh tuntutan transfaransi dan aksesibilitas oleh publik yang memiliki kekuatan dengan informasi dan mempengaruhi pola interaksi elitis dengan rakyat-nya.

Demokrasi digital dapat menciptakan adanya imajinasi-imajinasi politik dan demokrasi “ideal” menurut warga negara/netizen yang dirumuskan melalui ruang-ruang siber (cyberspace) sebagai ruang publik baru.

Melekatnya fungsi media sosial dengan publik kelas menengah terhadap isu politik dikarenakan internet menciptakan adanya sensasi meruang (sense of space), sensasi

menyata (sense of real) ataupun juga sensasi kebersamaan (sense of belong).

Oleh karenanya, Kita semua dituntut lebih bijaksana, cermat dan mampu mengendalikan diri dengan perubahan budaya digital terhadap arah perkembangan demokrasi. Dengan begitu, tidak melupakan cita-cita luhur Bangsa Indonesia.

Contohnya, tidak menyebarkan berita bohong (hoax) yang dapat merugikan masyarakat saat bermedia sosial.

Berikut bijak dalam menggunakan media sosial:

  1. Jangan asal posting konten
  2. Tak perlu detail mencantumkan informasi
  3. Protect your privacy
  4. Jaga Etika
  5. Selalu waspada dan jangan langsung percaya
  6. Filter Akun-akun yang diikuti

Apa saja yang perlu kita perhatikan dalam menggunakan medsos?

  1. Berbicara dengansopan dan tidak menyinggung orang.
  2. Tidak mengejek postingan orang lain.

(Penulis adalah Pemerhati pembangunan dan Politik)

Berita Terbaru

spot_img