TASIKMALAYA,Fokusjabar.id: Dalam sebulan terakhir, harga kedelai di pasaran melambung tinggi hingga tembus di angka Rp11 ribu per kilogram atau 40 persen dari harga sebelumnya.
Kenaikan kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe sangat memberatkan para perajin tahu dan tempe, khususnya di wilayah Kecamatan Singaparna. Sejumlah produsen mengaku terancam bangkrut karena kenaikan harga kedelai tidak diiringi dengan kenaikan harga jual tahu dan tempe di pasaran.
Akibatnya, sejumlah perajin tahu dan tempe di Tasikmalaya dan Jawa Barat akan melakukan aksi mogok produksi. Hal ini dilakukan untuk memantik simpatik pemerintah agar segera turun tangan dan menyikapi persoalan kenaikan harga kedelai yang dinilai tidak wajar.
“Kami tidak bisa menutup biaya produksi dengan kondisi seperti ini. Sedangkan harga jual tahu dan tempe di pasaran tidak mengalami kenaikan,” kata salah seorang perajin tahu dan tempe di Kecamatan Singaparna, Dani Kurniawan, Kamis (27/5/2021).
Dia mengaku sempat menyiasati dengan mengurangi ukuran dan bobot tahu maupun tempe. Namun cara tersebut tidak menyelesaikan masalah.
“Harga produksi tetap tidak terkejar,” kata Dani.
Dengan kenaikan harga kedelai yang cukup tinggi ini, kata Dani, Himpunan Perajin dan Pedagang Tempe Tahu Kota dan Kabupaten Tasikmalaya dan seluruh Jawa Barat, telah merencanakan melakukan aksi mogok massal produksi dan mogok berjualan selama tiga hari mulai Jumat (28/5/2021).
Perajin tahu dan tempe asal Kecamatan Singaparna, Solehudinn mengatakan, kenaikan harga kedelai saat ini sangat tidak wajar. Kondisi ini membuat para perajin tahu dan tempe terancam bangkrut karena ongkos produksi tidak sebanding dengan harga tahu dan tempe di pasaran.
“Harga jual tahu dan tempe di pasar masih berkisar Rp2.500 hingga Rp3.500 per bungkus. Jelas tidak sebanding dengan ongkos produksi. Jika harga jual naik, khawatir kita ditinggalkan pedagang,” kata Solehudin.
(Farhan/Ageng)