BANJAR,FOKUSJabar.id: Menelisik masa kejayaan beberapa tahun kebelakang Banjar merupakan Kota Kewadanan (Pembantu Bupati) Kabupaten Ciamis, Jabar. Yang terdiri dari Kecamatan Banjar, Cisaga, Cimaragas dan Rancah. Dikenal daerah yang tidak pernah tidur pada masa itu dibanding Kabupaten induknya.
Kewadanan Banjar merupakan wilayah penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar di Kabupaten Ciamis.
Waktu itu, salah satu penunjang keramaian di Kecamatan Banjar yakni karena adanya Gedung Bioskop Kenanga yang saat ini tempatnya persis di tempat berdirinya toko modern Toserba Samudra Baninza Cineplex di jalan Hamara Efendi.
Disaat penjajahan Belanda, tempat itu merupakan gudang pabrik tenun, berada di Jalan Gudang yang saat ini menjadi Jalan Raden Hamara Efendy, Kelurahan Hegarsari, kecamatan Pataruman, Kota Banjar.
Gedung bioskop itu dibangun pada tahun 1947 dengan nama Bioskop Rialto dan terakhir diganti nama menjadi Bioskop Kenanga, pemiliknya merupakan orang Belanda bernama Tuan Bosca.
Bioskop tersebut dibangun di wilayah Banjar awalnya untuk menghibur orang-orang Belanda yang bekerja di perkebunan karet Batulawang di Kabupaten Ciamis, dan Perkebunan karet Montjolimo, Kecamatan Dayeuh luhur, Kabupaten Cilacap.
BACA JUGA: Musim Kemarau, Dua Desa Di Kota Banjar Ajukan Pasokan Air Bersih
Bangunan Rialto ini letaknya sangat strategis, berdekatan dengan pasar, stamplat angkutan umum, stasiun kereta api, losmen atau penginepan, dan tempat hiburan seperti sandiwara.
Dimasa itu, Kecamatan Banjar merupakan wilayah perdagangan dan pergudangan kebutuhan poko sandang pangan dan papan. Daerah yang memiliki letak geografis yang sangat strategis karena perbatasan dengan Jateng, merupakan perlintasan jurusan Bandung ke arah barat, Selatan ke Pangandaran, Yogyakarta ke arah timur.
Kemudian, masyarakat dari wilayah tetangga banyak yang hanya sekedar berlibur dan mencari hiburan ke kewadaan Banjar seperti menonton bioskop. Kenapa demikian, waktu itu bioskop Rialto Banjar sering memutar film yang baru ditayangkan di bioskop yang ada di kota-kota besar seperti Bandung karena film yang didominasi itu film dari Amerika.
Kemudian, sekitar tahun 1960-an adalagi bioskop yang dibangun di jalan Letjen Suwarto yang dulu jalan Merdeka, bioskop tersebut bernama Saudara yang saat ini menjadi pusat perbelanjaan Yogya Toserba dan waktu itu Banjar menjadi kota perdagangan dan jasa terbesar di timur Provinsi Jabar.
Kendati demikian, memasuki tahun 1980, masa kejayaan bioskop di Banjar mulai memudar terkalahkan oleh perkembangan teknologi dengan adanya siaran televisi yang sampai hingga pelosok daerah dan pengaruh politik G 30 September.
Sehingga, bioskop Rialto berganti nama menjadi bioskop Kenanga pada 1965 dan sempat dijadikan tempat penahanan yang terlibat dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) sekitar tahun 1969 kembali lagi menjadi bioskop Kenanga. Namun kepemilikan bioskop Kenanga waktu itu diambil alih oleh Pemprov Jabar dari Tuan Bosca yang waktu itu pindah ke Amerika.
Di Tahun 2005 bioskop Kenanga berhenti total dan memasuki 2014 bangunan bioskop dihancurkan dan dijadikan toko serba ada atau Toserba Samudra Baninza Cineplex yang hingga saat ini menjadi salah satu pusat perbelanjaan di Kota Banjar.
(Budiana Martin/Anthika Asmara)