TASIKMALAYA,Fokusjabar.Id: Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu daerah terbesar keempat di Jawa Barat dengan luas wilayah 2.551,19 kilo meter, yang menyimpan begitu banyak potensi alam dengan kemajemukan kondisi geografis, geologis, hidrologis termasuk demografis di dalamnya.
Di dalam potensi alam yang kaya itu, Kabupaten Tasikmalaya juga dikenal sebagai daerah yang memiliki potensi kerawanan terjadinya bencana yang cukup tinggi.
Data terakhir tahun 2020 lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya mencatat, ada 387 bencana alam. Seperti longsor, banjir, angin kencang, gerakan tanah, kekeringan dan bencana lainnya.
Bahkan sejak bulan Januari hingga April 2021 ini, tercatat ada 117 kejadian bencana alam yang melanda wilayah Kabupaten Tasikmalaya di hampir 39 kecamatan dan 351 desa.
Demikian hal itu dikatakan Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin seusai membuka acara talkshaw dalam rangka peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana, dengan tema optimalisasi partisipasi masyarakat dan komunitas, dalam mitigasi dan kesiapsiagaan sebagai wujud bela negara, Jumat (23/4/2021).
BACA JUGA: Gusdurian Kota Tasikmalaya Soroti Larangan Mudik Idul Fitri 2021
Tingginya angka bencana ini terang dia, menempatkan Kabupaten Tasikmalaya sebagai wilayah rawan bencana kedua skala nasional, dari 494 kota/kabupaten di Indonesia.
“Kerentanan ini harus disikapi bersama dengan terus mengkampanyekan upaya-upaya mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana, agar dapat menekan angka kerugian ataupun angka terdampak bencana,” kata Nuraedidin.
Menurutnya, masyarakat, komunitas, akademisi dan pemerintah, memegang peran penting dalam upaya mitigasi dan kesiapsiagaan di masa paradigma baru yakni manajemen berbasis komunitas.
Potensi masyarakat dalam mengantisipasi terjadinya bencana, harus terus dikuatkan dengan identifikasi kondisi sosial budaya komunitas rawan bencana, serta edukasi kerawanan berbasis kearifan lokal.
“Hal itu sesuai visi BPBD Kabupaten Tasikmalaya yaitu, tercapainya Kabupaten Tasikmalaya yang tangguh menghadapi bencana berbasis kearifan lokal,” ucapnya.
Akademisi sebagai aktor intelektual dengan pemahaman teknik/metoda serta kajian-kajian akademis tentang kebencanaan, sejatinya menjadi kunci utama sebagai motor penggerak di kalangan masyarakat.
Maka, informasi dan pengetahuan tentang risiko bencana, kerawanan daerah hingga bagaimana antisipasi menghadapi bencana, sangatlah dibutuhkan.
“Sistem kekerabatan dan solidaritas masyarakat Kabupaten Tasikmalaya masih terjalin baik dan masih tinggi. Ini modal sosial yang harus diberdayakan dalam rangka mewujudkan kesiapsiagaan berbasis komunitas,” ujarnya.
Ditambahkan, peringatan hari kesiapsiagaan bencana ini, menjadi momentum bersama untuk kembali mengingatkan jika wilayah Kabupaten Tasikmalaya ini, yang memiliki risiko bencana tinggi.
“Talkshaw dengan menghadirkan sejumlah narasumber baik dari kalangan akademisi, alim ulama, maupun komunitas seni ini, adalah untuk meningkatkan kesiapsiagaan serta ilmu pengetahuan tentang kebencanaan masyarakat. Hal ini sesuai misi kesatu BPBD Kabupaten Tasikmalaya, yakni menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap ancaman bencana dan dampak dari bencana,” tuturnya.
(Farhan)