Kamis 12 Desember 2024

Dampak Covid-19 Terhadap Sistematik Pendidikan dan Tantangan Pembelajaran Abad 21

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Sejak munculnya pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) di Indonesia, berdampak terhadap sistematik dan menggangu hampir seluruh aspek kehidupan termasuk di bidang pendidikan.

Sebagian besar pelajar di Indonesia menjalani proses belajar dari rumah di tengah pandemi Covid-19.

Dalam situasi darurat Covid-19, bukan hanya para siswa yang dihadapkan pada tantangan untuk belajar jarak jauh, tapi juga orang tua dan menjadi tantangan utama bagi guru (pendidik).

Di masa pandemi Covid-19, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dibagi dalam dua pendekatan yaitu Dalam Jaringan (Daring) dan Luar Jaringan (Luring).

BACA JUGA: Pasien Sembuh Covid-19 di Jabar di atas Nasional

Pembelajaran daring menggunakan gawai (gadget) maupun laptop melalui beberapa portal dan aplikasi daring, sedangkan luring menggunakan televisi, radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan ajar cetak, alat peraga dan media belajar dari benda di lingkungan sekitar.

Agar PJJ dapat terlaksana, maka satuan pendidikan memilih pendekatan (daring, luring atau kombinasi keduanya sesuai dengan ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana).

covid-19 fokusjabar.id
Ilustrasi (foto web)

Memasuki new normal pademi Covid-19, masyarakat Indonesia kini sudah mulai menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Namun, demi menjaga keselamatan dan kesehatan mereka menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes).

Begitupun di dunia pendidikan, pihak penyelenggara pendidikan menerapkan sistem online atau virtual tanpa tatap muka langsung atau lebih dikenal dengan sistem pembelajaran Dalam Jaringan (Daring). 

Daring terhubung melalui jejaring komputer, internet dan sebagainya. Mereka melakukan kegiatan belajar-mengajar secara online. Termasuk pada saat pemberian tugas.

Dengan kata lain, pembelajaran Daring adalah metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS). 

Hanya saja, belajar secara daring membutuhkan sarana dan prasarana pendukung yang memadai (koneksi internet) untuk belajar. Tak hanya itu, komunikasi antartenaga pengajar dan peserta didik harus berjalan dengan baik pada saat melakukan Video Call (VC) serta aktif dalam berdiskusi baik dengan tenaga pengajar atau teman-teman. 

Manajemen waktu peserta didik juga tak kalah pentingnya. Meski belajar di rumah, pastikan membuat catatan tugas yang sudah dikerjakan dan tugas yang harus segera diselesaikan. 

Sementara sistem pembelajaran Luar Jaringan (Luring) atau offline merupakan sistem pembelajaran yang memerlukan tatap muka. Artinya, belajar melalui buku pegangan siswa atau mahasiswa dan tenaga pengajar. 

Pada prinsipnya, belajar Daring maupun Luring adalah proses belajar yang dibangun untuk mengembangkan kreativitas berpikir peserta didik, meningkatkan kemampuan mengontruksi pengetahuan baru dan kemampuan menguasai materi pelajaran dengan baik di tengah pandemi Covid-19.

covid-19 fokusjabar.id
Pembelajaran Daring di tengah pandemi Covid-19 (foto web)

Pembelajaran perlu didesain dengan baik karena melibatkan interaksi peserta didik, pendidik (guru) dan sumber belajar pada sebuah lingkungan belajar. Tujuannya, untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerapan pembelajaran juga mengalami perubahan. Bahkan dalam menyongsong pembelajaran abad 21, guru harus mampu menyiapkan generasi abad 21 dengan menempatkan tiga subjek utama dalam pembelajaran.

Yakni, keterampilan belajar dan berinovasi; keterampilan memanfaatkan informasi, media dan teknologi serta keterampilan hidup dan berkarier.

Berikut karakter pembelajaran abad 21 (4 C): 

Communication (Komunikasi)

Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan dan multimedia.

Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya. Baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah yang diberikan oleh pendidik.

Collaboration (Kerjasama)

Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda.

Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain.

  • Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah)

Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem.

Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun, mengungkapkan, menganalisa dan menyelesaikan masalah.

  • Creativity and Innovation(Daya cipta dan Inovasi)

Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.

Selain peralihan sistem pembelajaran, pada abad ini pun terjadi pergeseran tujuan pendidikan dimana pada abad ke 19 yang dikenal sebagai era industri, penyelenggaraan pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan orang dalam dunia sederhana, statis/linier, dan predictable (dapat diramalkan).

Peserta didik diharapkan dapat melakukan kegiatan-kegiatan dengan perilaku yang rutin. Dampak dari pola pendidikan ini adalah kemampuan output yang standar sehingga kecakapan yang dimiliki merupakan kecakapan standar.

Sehingga pada abad 21 saat ini yang bisa disebut sebagai era pengetahuan, maka  tujuan pendidikannya pun adalah:

1) mempersiapkan orang  dalam dunia pasang surut, dinamis, unpredictable (tidak bisa diramalkan),

2) perilaku yang kreatif,

3) membebaskan kecerdasan individu yang unik, serta

4) menghasilkan inovator.

Dengan demikian, model  sekolah pada abad ini mengharapkan pendidikan dapat menjadikan individu-individu yang mandiri, sebagai pelajar yang mandiri.

Semoga pendemi Covid-19 segera berlalu dan tetap mematuhi Protokol Kesehatan dengan selalu memakai masker, mencuci tangan di air mengalir dan menjaga jarak.

(Bambang Fouristian/berbagai sumber)

Berita Terbaru

spot_img