BANDUNG,FOKUSJabar.id: Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar penjamin stok beras di Kota Bandung aman hingga awal tahun 2021.
“Khusus untuk beras saya sudah menerima laporan dari bulog, untuk 4 bulan kedepan sampai awal tahun ketersediaan beras itu cukup,” kata Gin Gin di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana Selasa (17/11/2020).
Menurutnya, saat ini, Pemkot Bandung masih memiliki cadangan beras tambahan mencapai 70 Ton yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bandung.
“Kita juga masih punya cadangan pangan Pemerintah Daerah berupa beras juga sekitar 70 Ton, bahkan lebih karena ada sisa dari tahun kemarin,” kata dia.
BACA JUGA: Pelti Kota Bandung 2020-2025 Dipimpin Kepala Dispangtan
Untuk Komoditas lain, pihaknya memastikan bahwa ketersediaannya masuk ketegori cukup aman. Hal itu didapatkan dari hasil komunikasi dan pengawasan langsung dengan pihak pasar.
“Untuk pangan yang lainnya, menurut informasi dari para pedagang, agen, dan penjual ralatif cukup tersedia, selain itu, faktor konsumsi yang kurang juga berpengaruh atas ketersediaan kita,” katanya.
Lebih lanjut Gin Gin mengatakan, kebutuhan pangan di Kota Bandung cukup tinggi. Namun di masa pandemi Covid-19 ini mempengaruhi pasokan dan distribusi pangan di Kota Bandung. Hal itu diduga akibat menurunnya daya beli masyarakat.
Komoditas pangan seperti beras, daging (sapi dan ayam), telur, ikan dan olahannya, sayur mayur, dan buah buahan di pasok dari luar Kota Bandung. Untuk beras, kata dia, sebagaian besar masih dipasok dari wilayah Jawa Barat. Sedangkan telur mayoritas dipasok oleh wilayah Blitar dan Priangan Timur.
Gin Gin mengatakan, secara geografis Kota Bandung memang menguntungkan. Meski tidak memiliki lahan pertanian, Kota Bandung adalah Kota kolektif-distributif.
“Secara alamiah produsen mendatangi Kota Bandung. Bukan hanya untuk kebutuhan Kota Bandung tetapi untuk mendistribusikannya kembali ke daerah lainnya,” katanya.
Meski begitu, Pemerintah Kota Bandung kini memiliki program yang dinamakan Buruan SAE. Buruan yang berarti halaman dan SAE merupakan singkatan dari Sehat, Alami, dan Ekonomis.
Program ini merupakan program urban farming yang terintegrasi. Tujuannya untuk menanggulangi ketimpangan permasalahan pangan melalui pemanfaatan pekarangan atau lahan yang ada dengan berkebun.
Sejauh ini, Program Buruan SAE yang dimulai di akhir tahun 2019 ini telah mencapai 128 titik yang tersebar di 151 Kelurahan yang ada di Kota Bandung.
“Program ini akan terus kita kembangkan dan kita dorong agar Buruan SAE ini menjadi sebuah budaya yang melekat di masyarakat. Sehingga ketahanan pangan di Kota Bandung terus aman,” kata dia.
(Yusuf Mugni/Anthika Asmara)