BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pandemi virus Corona mengharuskan seluruh siswa belajar di rumah agar terhindar dari virus tersebut.
Sorak sorai dan hiruk pikuk ruang kelas kini berganti layar ponsel, komputer jinjing (laptop) dan komputer. Mereka pun kini akrab dengan internet karena hampir setiap hari harus belajar melalui aplikasi video, seperti zoom dan lainnya.
Hari demi hari mereka lalui dengan kegiatan terbatas tanpa aktivitas belajar di ruang kelas bahkan ramainya jam istirahat.
Di sisi lain, orangtua tidak berhenti memutar otak agar anak-anaknya tetap berkembang meski hanya di rumah saja. Seperti yang dilakukan sejumlah orangtua di Bandung yang menyalurkan bakat anak-anaknya dalam bermain musik.
Bahkan anak-anak itu diberikan kesempatan membentuk grup musik bernama ‘Starfire’ untuk mengasah kreativitas dalam bermusik.
Band siswa kelas VII SMP beranggotakan Aira Dikaputra Wirahardja (vokal), M. Rassya Caesara Hanafiah (gitar), Davin Gusti Nurandi (bass), dan Muhammad Rafandhika Salim (drum) ini sungguh beruntung karena mendapat dukungan orangtua agar tetap berkreasi di tengah pandemi.
Salah satu orangtua siswa Farah Hussein mengatakan bahwa sebelumnya dia bersama tiga orangtua lainnya memutuskan untuk menghentikan kegiatan anak-anaknya (siswa SMP) dalam bermusik.
BACA JUGA: Pandemi, Band Mr Sonjaya Pilih Digital untuk Tetap Berkarya
Farah merasa anak-anak harus di rumah dulu saat pandemi. Seiring berjalannya waktu, anak-anak yang biasa beraktivitas di sekolah termasuk main musik itu mulai jenuh.
“Lama-lama saya khawatir anak mulai bosan karena sudah mama beraktivitas di rumah. Namanya juga anak-anak cepet bosan,” kata Farah di sela latihan band Starfire.
Para orangtua empat siswa ini pun khawatir anak-anaknya akan kehilangan sentuhan dalam bermusiknya, terlebih anak-anak mereka bertekad serius dalam bermusik.
Akhirnya, para orangtua inipun sepakat kembali menyatukan personel Starfire dalam bermusik. Di studio yang ada di rumah Farah, dia mengajak anak-anak Starfire kembali berakfivitas. Dan tentunya tetap dengan 3 M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak).
“Protokol kesehatan tentunya menjadi syarat utama. Semua pakai masker, kecuali vokalis, kan susah kalau nyanyi pakai Masker,” kata Farah yang juga Ibu dari sang Vokalis.
Kendati mendukung aktivitas anaknya dalam bermusik, namun dia memastikan hal ini dilakukan untuk mengusir jenuh karena hampir lima bulan harus belajar di rumah. Sehingga mereka tetap selesaikan kewajiban sebelum bermusik.
“Agama nomor satu, pendidikan nomor dua, selesai kewajiban itu baru musik,” kata dia.
Aira sang vokalis mengatakan bahwa dirinya bersama tiga rekannya baru boleh berlatih setelah menuntaskan kewajiban, yakni setor hafalan Quran dan belajar di rumah.
Setiap jadwal latihan, keempat anak ini belajar bersama di rumah Aira, setelah itu baru boleh masuk studio.
“Latihannya selalu di sini, tapi harus selesai dulu belajarnya,” kata siswa kelas VII SMPN 7 Kota Bandung itu.
Aira pun sangat bersyukur memiliki orangtua sangat mendukung hobinya bermusik. Sebagai ungkapan terima kasih, Aira dan teman-temannya dibantu pelatih musiknya menciptakan lagu berjudul ‘Terima Kasih Bunda’.
Lagu tersebut didedikasikan untuk kesabaran dan keseriusan ibu-ibu mereka dalam menjaga dan mendidik di saat pandemi.
“Lagu ini untuk ibu kami, karena selalu mendidik kami dengan sabar. Selalu menemani kami saat belajar dan bermain musik,” kata dia.
Selain sukses dalam pendidikan, para personel Starfire pun bertekad menjadi musisi besar di kemudian hari demi membanggakan orangtua.
“Kami ingin membalas pengorbanan yang sudah diberikan orangtua dengan keberhasilan. Berhasil dalam pendidikan, berhasil dalam bermusik,” kata dia.
Hal senada disampaikan Rassya personel lainnya. Dia mengamini bahwa pendidikan sangat penting. Dia bersama tiga rekannya yabmng sudah bersahabat sejak SD itu bahkan selalu mendapat peringkat yang baik di kelas.
“Dulu ketika di SD, kami selalu masuk peringkat lima besar,” kata Rassya. Terbentuknya Starfire inipun berawal dari keseriusan mereka dalam mengerjakan tugas sekolah.
“Jelang kelulusan SD akhir 2019 lalu. Sekolah menggelar acara pencarian bakat, ada yang menari hingga menggambar. Dari situ kami sepakat untuk bermusik dan membuat band ini (Starfire),” kata dia.
Saat itu mereka belum memiliki keahlian alat musik apapun. Karena mereka serius, anak-anak kreatif itu pun berhasil menjadi juara II di ajang pencarian bakat tersebut.
“Jadi band ini berawal dari tugas sekolah. Akhirnya kami dan orangtua sepakat untuk melanjutkan hingga sekarang,” kata dia.
Meski baru berusia setahun, keseriusan mereka dalam bermusik dibuktikan dengan berhasil mengeluarkan Extended Play (EP) atau mini album berisi lima lagu karya mereka.
“Kami menciptakan musik ini dibantu oleh pelatih kami. Karya kami sudah bisa dilihat di chanel Starfire Indonesia,” kata Rassya.
(Solihin)