BANDUNG,FOKUSJabar.id: Anggota Komisi D DPRD Kota Bandung Nunung Nurasiah menilai, peralihan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari daring dan luring ke TV Satelit Bandung 132 atau pembelajaran dalam jaringan (padaringan) belum sepenuhnya efektif.
Nunung mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mendapat laporan hasil uji kelayakan dan kajian terkait program padaringan melalui TV satelit 132 yang terkesan tertutup dan dipaksakan.
Legislator dari Partai Gerindra itu pun melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi PJJ melalui TV Satelit 132 di Posyandu Jalan Keadilan X, RT 9 RW 10, Kelurahan Derwati, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jabar, Kamis (22/10/2020).
https://www.youtube.com/watch?v=48ihEqHHFcQ
Sebelumnya, Komisi D DPRD Kota Bandung menerima masukan dan keluhan dari warga terkait hal tersebut. Dalam sidaknya, Nunung didampingi Camat Rancasari, Hamdani dan Lurah Derwati Boedhi untuk melihat langsung bagaimana proses PJJ yang dilakukan sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) yang tinggal di wilayah tersebut.
“Sebelum mengeluarkan satu program, idealnya ada kajian analisis kebutuhan, uji kelayakan harus dipikirkan. Ini menyangkut khalayak banyak dan melibatkan semua sektor, bukan hanya Disdik. Tapi guru, siswa, aparat kewilayahan, orang tua, semua terlibat. Ini harus komprehensif jangan tergesa-gesa,” kata Nunung usai sidak, Kamis (22/10/2020).
BACA JUGA: Pembelajaran Jarak Jauh Membuat 86 Persen Siswa Kota Bandung Bosan
Dalam kunjungan tersebut, pihaknya mencatat program Padaringan melalui TV Satelit 132 ini monolog atau berjalan satu arah. Siswa hanya menyaksikan penjelasan guru melalui TV dan tidak ada pendamping untuk siswa.
“Bagaimana ketika belajar agama, anak bisa multi tafsir kalau tidak ada guru pendamping, Ini seperti balik lagi 20 tahun ke belakang,” kata dia.
Tak hanya itu, pihaknya pun mengkritisi penempatan lokasi perangkat penunjang PJJ yang masih tidak efisien. Dia menilai, beberapa lokasi pemasangan seperti di kantor Kelurahan dan Kecamatan kurang optimal.
“TV di pasang di kecamatan dan kelurahan, menurut saya, kurang efisien, Warga enggan untuk datang, kasian juga siswanya siapa yang mendampingi. Tentunya ini bertentangan dengan anjuran masa pandemi. Anak-anak dilarang mengunjungi fasilitas umum, tapi ini justru di suruh PJJ di kecamatan dan kelurahan,” Nunung menambahkan.
Nunung pun berencana untuk menemui Disdik Kota Bandung dan membahas efektivitas program Padaringan melalui TV Satelit 132.
“Bukan hanya di sini saja, banyak warga masyarakat mengutarakan hal yang sama. Sudah terpasang tapi sinyal kurang baik, tidak stabil, otomatis terkendala dalam belajar,” kata dia.
Nunung menyarankan, Disdik Kota Bandung untuk memaksimalkan PJJ daring dan luring yang sudah berjalan. Dibanding mengganti dengan program Padaringan TV satelit 132.
“Saya tidak bermaksud menjegal program ini, tapi ini perlu analisis kajian dan harus melibatkan semua pemangku kepetingan. Pemerintah, legislatif, institusi pendidikan,dan masyarakat harus duduk bersama,” kata Nunung.
Lebih lanjut Nunung mengatakan, semua saluran yang mempermudah siswa mengikuti proses belajar mengajar pun harus di upayakan. Namun tidak gegabah dalam memilihnya, karena dampaknya cukup berpengaruh pada hal lain.
“Kalau memang ada yang lebih baik dari ini, kenapa tidak kita gunakan program lain. Banyak pilihan lain, tadi bisa maksimalkan peran guru dengan PJJ yang ada sistem daring dan luring, maksimalkan juga luring, kunjungan guru lebih dimaksimalkan daring dan luringnya saja serta lebih tepat sasaran,” dia menjelaskan.
Hasil pantauan langsung di lapangan, kata dia, akan dibawa ke Komisi D DPRD Kota Bandung. Sehingga bisa di bahas lebih lanjut terkait keberlangsungan Padaringan melalui TV Bandung 132.
“Hasil ini (sidak) akan saya bawa ke komisi D untuk meminta jadwal khusus pembahasan dengan Disdik dan pihak operator. Ini penting, karena pendidikan ini kebutuhan dasar jadi harus betul-betul konsen,” kata Nunung.
(Yusuf Mugni/Ageng)