TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Pengamat pendidikan yang juga pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Tasikmalaya Dadang Yudistira mengaku sedih sekaligus prihatin dengan kebijakan Pemerintah yang memaksakan penerapan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) ditengah terpaan wabah pandemi Covid-19.
Keprihatinan muncul, karena PJJ dinilainya akan menimbulkan dampak buruk terhadap semangat belajar peserta didik dan dunia pendidikan. Khususnya di Kota Tasikmalaya.
Dadang Yudistira mengatakan, dampak PJJ yang saat ini diberlakukan harus menjadi perhatian semua pihak. Khususnya pemerintah, agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi anak-anak dan dunia pendidikan.
“Ini perlu mendapat perhatian serius pemerintah dan perlu dievaluasi secara menyeluruh. Pasalnya menimbulkan hal-hal negatif dunia pendidikan kedepan,” ujar Dadang Yudistira, Selasa (8/9/2020).
Dikatakan dia, pembelajaran dengan sistem daring saat ini memang bagus. Namun jika dilakukan dalam tempo cukup lama akan membahayakan keberlangsungan pendidikan kedepan terutama anak didik.
“Kalau PJJ dilakukan sampai waktu lama, saya khawatir dapat membahayakan pendidikan peserta didik,” Dadang menambahkan.
BACA JUGA: Kurikulum Darurat Jadi Solusi PJJ di masa AKB
Menurutnya, ada tiga hal dampak buruk dari PJJ jika dilakukan dengan tempo lama. Pertama, tingginya angka drop out sekolah, lalu menurunnya kualitas pembelajaran dan terjadinya kekerasan tersembunyi terhadap anak-anak didik dalam keluarga.
“Hal ini harus dipikirkan bersama untuk segera diantisipasi,” ujar dia.
Ditambahkan Dadang, fakta terjadi kekerasan anak-anak didik dalam keluarga memang terjadi. Hal ini pun banyak dikeluhkan peserta didik.
“PJJ ini membuat para orang tua tidak sabar dan merasa pusing. Sehingga saat timbul rasa jengkel terhadap anak, orang tua melakukan kekerasan seperti menjewer, nyintreuk, nyubit, pukul atau tindakan keras lainnya. Ini timbul karena orang tua sudah tidak sabar,” kata Kepala Bidang Pendidikan SMP Disdik Kota Tasikmalaya ini.
Dia mengatakan, PJJ hanya mengedepankan pola transfer ilmu (knowledge). Namun harus diingat, tujuan pendidikan bukan hanya transfer knowledge tapi juga mengembangkan potensi peserta didik menjadi individu yang berakhlak mulia, bertaqwa dan berkepribadian yang baik.
“Saat ini yang kita butuhkan adalah bagaimana sistem pendidikan dapat memberikan transfer nilai bagi anak didik untuk mendapatkan pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter dan akhlak,” ujar dia.
(Seda/Ageng)