BANDUNG,FOKUSJabar.id: Terpilihnya Agung Satria Negara sebagai Ketua Umum Pengurus Cabang (Pengcab) Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) Kota Bandung, disambut positif kepengurusan tingkat Jabar. Agung terpilih secara aklamasi pada gelaran Musyawarah Kota (Muskot) FORKI Kota Bandung 2020 di Aula KONI Kota Bandung, Jalan Jakarta Kota Bandung, Minggu (6/9/2020).
Saya bersyukur dan mengucapkan selamat atas terpilihnya Agung Satria Negara sebagai Ketua FORKI Kota Bandung. Ini mengakhiri polemik kepengurusan yang sebelumnya terjadi,” kata Ketua Umum Pengurus Provinsi (Pengprov) FORKI Jawa Barat Gianto Hartono usai pelaksanaan muskot, Minggu (6/9/2020).
BACA JUGA: Jadi Ketua FORKI Kota Bandung 2020-2024, Agung: Siap Jeng Gelutna
Persoalan dukung mendukung sebelum pelaksanaan muskot, diakui Gianto merupakan dinamika yang biasa dalam organisasi. Seusai gelaran muskot, hal tersebut tidak berlanjut dan Agung sebagai ketua terpilih harus mampu menyatukan semua perguruan.
“Menyatukan semua perguruan jadi salah satu tugas Agung, karena ini namanya federasi. Jangan ada lagi fanatisme perguruan, tapi semua untuk federasi, untuk FORKI,” Gianto menegaskan.
Gianto pun berpesan bagi Agung Satria Negara sebagai ketua terpilih untuk siap menjadi ujung tombak hingga ‘ujung tombok’ pembinaan karate di Kota Bandung. Pasalnya, Kota Bandung merupakan salah satu kota/kabupaten di Jawa Barat yang memiliki prestasi yang cukup baik di olahraga karate.
“Pada Porda Jabar 2018 lalu, tim karate Kota Bandung ini menjadi yang terbaik dibanding kota dan kabupaten lain. Ini harus bisa dipertahankan atau bahkan ditingkatkan dibawah kepemimpinan Agung,” kata dia.
Untuk itu, diperlukan kekompakan dan kebersamaan dari semua elemen karate di Kota Bandung untuk bisa mewujudkan misi organisasi maupun prestasi. Sebagai seorang ketua, Agung mengemban amanah dari seluruh perguruan karate di Kota Bandung. Baik yang mendukung pencalonannya maupun tidak.
“Pilih orang-orang yang benar-benar memiliki kualitas dan mumpuni, baik untuk organisasi maupun pembinaan prestasi. Jangan lagi melihat asal perguruan. Termasuk dalam pemilihan pelatih hingga atlet. Kunci itu keberhasilan simpel saja, selain organinasi yang kuat dan sehat, juga ditunjang dengan program pembinaan prestasi yang fair play, sportif, dan tidak memihak atau melihat asal perguruan,” kata dia.
(Ageng)
