PORTUGAL,FOKUSJabar.id: Paris Saint-Germain (PSG) akan menjalani partai final Liga Champions 2020 menghadapi Bayern Muenchen di stadion Da Luz, Lisboa, Portugal, Minggu (23/8/2020) waktu setempat atau Senin (24/8/2020) dini hari WIB. Inilah fakta menarik tentang Les Parisiens yang menjadi wakil Prancis di partai final Liga Champions.
Fakta pertama, PSG akan menjadi wakil tim asal Prancis yang tampil di final Liga Champions dalam 16 tahun terakhir. Terakhir, tim asal Prancis yang tampil di partai puncak Liga Champions adalah AS Monaco pada musim 2003/2004.
Jawara Liga Prancis 2019/2020 ini menjadi klub kelima asal Prancis yang tampil di partai puncak Liga Champions. Klub asal Prancis pertama yang tampil di laga final Liga Champions adalah Stade de Reims pada musim 1955/1956.
Reims pun mengulangnya pada musim 1958/1959. Namun di dua laga final tersebut, Reims gagal meraih gelar juara dan dikalahkan Real Madrid.
Tim ketiga yang menjadi wakil Prancis yakni Saint-Etienne pada musim 1975/1976. Inilah kali pertama tim asal Prancis bertemu dengan tim asal Jerman di final Liga Champions yang saat itu masih bernama Piala Champions.
BACA JUGA: Laga Perdana EPL 2020/2021 Pertemukan Dua Juara
Lawan Saint-Etienne saat itu adalah Bayern Muenchen yang diperkuat Franz Beckenbauer serta Karl-Heinz Rummenigge yang kini menjabat sebagai Chairman Bayern Muenchen. Bayern Muenchen berhasil mengalahkan Saint-Etienne dengan skor tipis 1-0 berkat gol Franz Roth.
Selanjutnya ada Marseille yang tampil di dua kali laga final Liga Champions yakni musim 1990/1991 dan 1992/1993. Pada laga final musim 1990/1991, Marseille kalah atas Red Star Belgrade melalui drama adu penalti dengan skor 3-5.
Sedangkan di laga final musim 1992/1993, Marseille berhasil meraih gelar juara sekaligus menjadi tim Prancis pertama yang juara Liga Champions mengalahkan AC Milan dengan skor tipis 1-0 melalui gol bek Basile Boli. Tim Marseille saat itu diperkuat kiper Fabien Barthez, bek Marcel Desailly, gelandang Didier Deschamp, Abedi Pele, Alen Boksic, dan Rudi Voeller di lini depan. Sedangkan AC Milan pun diperkuat nama-nama beken seperti Paolo Maldini, Frank Rijkaard, Gianluigi Lentini, Marco van Basten dan Jean-Pierre Papin.
Terakhir tim asal Prancis yang melaju ke partai puncak Liga Champions adalah AS Monaco pada musim 2003/2004. Namun sayang, Monaco gagal mengulang sukses Marseille di musim 1992/1993 untuk menjadi juara setelah kalah telak 0-3 dari Porto yang saat itu dilatih Jose Maurinho.
Seusai era AS Monaco, tak ada lagi tim asal Prancis yang mampu menembus babak final Liga Champions. Setelah hampir 16 tahun menunggu, tim asal Prancis akhirnya mampu menembus babak final Liga Champions 2020 yang diwakili PSG.
Fakta lain yang mengiringi penampilan PSG di partai final Liga Champions 2020 yakni pencapaiannya di musim ini yang menjadi capaian terbaik Les Parisiens sepanjang keikutsertaannya di kompetisi antar klub kasta tertinggi di benua biru. Pada musim 2018/2019, PSG hanya mencapai babak 16 besar.
PSG pertama kali tampil final Liga Champions setelah melalui 110 pertandingan. Dengan catatan tersebut, Les Parisiens menjadi klub dengan jumlah pertandingan terbanyak sebelum lolos ke final pertama mereka, mengalahkan rekor Arsenal dengan 90 pertandingan antara 1971 hingga 2006.
Meski sebagai tim debutan di partai final Liga Champions 2020, namun motivasi pasukan Thomas Tuchel ini sedang melambung. Terlebih sang pelatih berpaspor Jerman dan pernah menangani ‘musuh bebuyutan’ Bayern Muenchen di Bundesliga yakni Borrusia Dortmund sekitar tiga musim (2014-2017).
Tuchel melatih Borussia Dortmund sejak April 2015 menggantikan Jurgen Klopp, kemudian dikontrak PSG pada Mei 2018 menggantikan Unai Emery. Tuchel pun menjadi pelatih pertama yang membawa PSG ke final Liga Champions.
“Sangat menyenangkan menjadi pelatih di tim ini. Mereka tidak hanya bicara tapi membuktikannya di lapangan. Kita akan keluarkan semua kemampuan terbaik, laga final adalah sebuah laga besar,” ujar Tuchel.
Berbekal pengalaman tersebut, Tuchel cukup optimis menghadapi laga final menghadapi Bayern Muenchen. Bukan tidak mungkin jika Tuchel sudah mengetahui sisi lemah maupun kekuatan Bayern Muenchen karena sempat menangani tim Bundesliga.
“Kami akan bermain di laga final untuk menang. Itu akan menjadi tantangan terbesar sepanjang karir saya sebagai pelatih,” ujar Tuchel.
Tak hanya bagi Tuchel, motivasi berlipat pun dimiliki para penggawa Les Parisiens menjelang final Liga Champions 2020. Bahkan pencetak gol ketiga PSG ke gawang RB Leipzig di babak semifinal, Angel Di Maria pun sudah tak sabar untuk tampil di babak final.
Terkait lawan di final usai mengalahkan RB Leipzig, Di Maria tak gentar dengan nama besar Bayern Muenchen maupun ‘seteru’ di Ligue 1, Olympique Lyon. Meski akhirnya akan menjajal Muenchen di partai puncak.
“Kami sudah bekerja keras di semua pertandingan dan kami menunjukkan kami layak di sini (final). Tidak masalah siapa yang kami hadapi, baik Bayern atau Lyon, kami akan memberikan segalanya,” kata Di Maria.
Semangat dan motivasi penggawa PSG pun bertambah dengan peluang mencetak quadruple jika berhasil meraih tropy ‘Si Kuping Besar’ sekaligus menjadi fakta menarik lain menjelang final Liga Champions 2020. Pada musim 2019/2020, PSG sudah mengantongi gelar juara Ligue 1, Coupe de France, dan Coupe de la Ligue.
Gelar liga Prancis dianugerahkan bagi Di Maria dan kolega setelah kompetisi dihentikan akibat pandemi Covid-19. PSG dinobatkan sebagai juara Ligue 1 2019/2020 setelah meraih rata-rata poin tertinggi yakni 2,52.
Lalu gelar Coupe de France atau Piala Prancis, diraih Neymar dan kawan-kawan Saat membungkam Saint-Etienne 1-0 di partai final. Kemudian memastikan hegemoninya di Prancis dengan menaklukkan Olympique Lyon 6-5 melalui adu penalti pada laga puncak Coupe de la Ligue atau Piala Liga Prancis yang di musim berikutnya tidak akan lagi digelar.
Jika berhasil mencetak quadruple, PSG akan menyamai rekor yang pernah dicetak klub asal Skotlandia yakni Celtic pada 1967. Saat itu, Celtic berhasil menjuarai Liga Skotlandia, Piala Skotlandia, Piala Liga Skotlandia, dan Piala Champions (cikal bakal Liga Champions).
Setelah 53 tahun rekor itu terjaga, Les Parisiens berkesempatan mengulangnya pada Senin (24/8/2020) dini hari nanti. Sekaligus menjadi klub pertama di era sepak bola modern yang mencetak prestasi langka meraih quadruple.
“Kami sangat bahagia (mencapai final). Ini yang pertama bagi klub. Kami bekerja keras dan memainkan permainan yang hebat. Selanjutnya, kami ingin membuat sejarah untuk klub. Kami berada di final dan itu sangat penting. Kami harus melanjutkan untuk mewujudkan impian kami,” ujar penyerang PSG ini.
Mampukah semangat, motivasi, dan optimisme ‘keluarga besar’ PSG cukup untuk bisa mengangkat tropy ‘Si Kuping Besar’ pada musim 2019/2020.
Apakah PSG mampu mengulang sukses Marseille yang menjadi jawara Liga Champions 1992/1993? Ataukah PSG akan berakhir seperti Reims, Saint-Etienne, dan AS Monaco yang harus puas sebagai runner up Liga Champions?
Atau Les Parisiens akan mencatatkan tinta emas terbaru dalam buku sejarah klub dengan mengalahkan Bayern Muenchen di final Liga Champions 2020?
Kita bisa lihat hasilnya pada Senin (24/8/2020) dini hari WIB nanti melalui siaran langsung di SCTV mulai pukul 02.00 WIB.
(Ageng)