spot_img
Rabu 24 April 2024
spot_img
More

    LIPI Kembangkan Vaksin Corona Dengan Metode Spray

    JAKARTA,FOKUSJabar.id: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan vaksin rekombinan subunit virus corona yang rencananya diberikan dengan metode spray.

    “Rencananya (vaksin ini) akan diberikan dengan metode spray pada penerima vaksin,” kata peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Wien Kusharyoto dalam konferensi pers virtual, Selasa (28/7/2020).

    Wien mengatakan, pada beberapa penyakit, vaksin akan lebih efektif jika diberikan dengan metode tertentu. Seperti vaksin oral atau diminum atau diteteskan pada mulut lebih efektif daripada disuntikkan. Dan penggunaan vaksin FluMist yang lebih efektif disemprotkan dibanding vaksin yang disuntikkan.

    Pemberian vaksin dengan disemprotkan (spray) dinilai lebih baik dan awal karena langsung menyasar jaringan mukosa yakni hidung atau mulut. Alasannya, virus SARS-CoV-2 pertama kali masuk melalui hidung atau mulut yang merupakan jaringan mukosa untuk menginfeksi tubuh.

    BACA JUGA: Staf Khusus Menteri BUMN Siap Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Sinovac

    Karena itu, apabila ada vaksin yang memang dikembangkan untuk menimbulkan respon kekebalan di jaringan mukosa, maka itu akan menjadi vaksin yang lebih manjur karena akan melawan sejak virus itu mulai masuk.

    “Berbeda dengan vaksin yang disuntikkan, yang tidak langsung pertama kali menyebar ke daerah jaringan mukosa itu,” kata peneliti LIPI ini.

    fokusjabar.id LIPI vaksin spray
    Vaksin virus corona (Ilustrasi/WEB)

    Pada kasus virus SARS-CoV-2, Wien menuturkan, vaksin yang disuntikkan memiliki tujuan untuk melindungi organ-organ lain. Seperti paru atau jantung yang akan diserang virus.

    “Tapi ketika kita bisa, misalnya, melindungi seseorang sejak virusnya berusaha masuk, maka itu akan lebih bagus lagi,” ujar dia menambahkan.

    Dia menuturkan dengan vaksin yang diberikan melalui penyuntikan atau di dalam darah, maka antibodi yang terbentuk adalah imunoglobulin G (Ig G). Sementara melalui jaringan mukosa diharapkan akan terbentuk antibodi jenis imunoglobulin A.

    Pada orang lanjut usia, kemampuan untuk membentuk Ig A sudah jauh lebih rendah dibanding orang yang masih lebih muda. Itulah kenapa orang lanjut usia lebih rentan terhadap infeksi virus SARS-CoV-2.

    “Kalau digunakan vaksin yang bentuk spray antibodi, maka yang akan muncul adalah antibodi yang bisa menetralkan virusnya,” kata dia.

    Namun Wien menuturkan, vaksin spray tersebut sangat sulit dikembangkan karena harus melihat bagaimana bisa menstimulasi respon kekebalan di jaringan mukosa.

    “LIPI mengantisipasi atau mencari kemungkinan bagaimana memberikan vaksinasi ketika di-spray,” lanjut Wien.

    Tumpang Tindih Uji Klinis

    Peneliti dari LIPI ini pun menyebut jika terjadi tumpang tindih uji klinis kandidat vaksin virus corona yaitu Sinovac Biotech Ltd dari Cina yang dibolehkan melakukan uji klinis tahap 3 di Indonesia karena status pandemi.

    “Semua sekarang ini dipercepat, sering tumpang tindih antara uji klinis tahap 1, 2, 3 karena kondisi pandemi,” kata Wien.

    fokusjabar.id LIPI
    Vaksin (Ilustrasi/WEB)

    Wien menuturkan uji klinis tahap I dari kandidat vaksin Sinovac sudah dilakukan. Uji klinis tahap II pada usia 18-59 tahun telah dilakukan di Cina.

    Namun, uji klinis tahap II belum selesai dilakukan pada kelompok umur anak dan remaja di bawah usia 18 tahun dan kelompok usia lanjut dari rentang umur 60 tahun ke atas.

    Karena itu, uji klinis tahap III di Indonesia untuk kandidat vaksin Sinovac itu hanya akan dilakukan pada rentang usia 18-59 tahun. Sehingga jika vaksin telah lolos uji tahap klinis III dan mendapatkan izin untuk digunakan massal, maka hanya bisa diberikan pada rentang usia 18-59 tahun.

    “Uji klinis tahap II belum selesai karena mereka baru lakukan uji klinis pada mereka yang berumur 18-59,” ujar Wien.

    Untuk usia lanjut dan anak serta remaja, masih akan dilakukan uji klinis tahap III untuk melihat efektivitas dan efek samping vaksin pada kelompok umur berbeda.

    Uji klinis kandidat vaksin dari Sinovac tersebut direncanakan dilakukan pada Agustus 2020 melibatkan 1.620 relawan pada rentang usia 18-59 tahun.

    BACA JUGA: Denda Tidak Bermasker Mulai Berlaku Hingga Rp500 Ribu

    Saat ini, uji klinis masih menunggu keputusan Komite Etik Universitas Padjajaran (Unpad) yang bekerja sama dengan Bio Farma serta izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

    Selain di Indonesia, uji klinis tahap III kandidat vaksin dari Sinovac juga akan dilakukan di Brasil dengan 9.000 relawan dan Bangladesh dengan 4.200 relawan.

     

    (Ageng/ANT)

    Berita Terbaru

    spot_img