BANJAR, FOKUSJabar.id: Fadhilah Salat berjamaah banyak disampaikan para mubhaligh besar, selain itu ajaran serta anjuran salat berjamaah pun sudah sering kita dengar. Intinya sama, derajat spiritual salat berjamaah lebih tinggi di banding sendirian. Tapi, ada juga yang maqomnya ‘masih untung mau salat (juga)! Itu juga alhamdulillah’.
Hadits Nabi di bawah ini masyhur sekali, sejak usia dini sudah diajari, sering kita dengar. Namun kok pelaksanaanya, alhamdulillah, penuh dengan ‘perjuangan’ ya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, melalui sahabat Ibnu Umar ra: “Shalat berjamaah lebih utama dari pada salat sendirian dengan tujuh puluh derajat. Dalam riwayat lain: ‘dengan dua puluh lima derajat’. (HR. Muttafaq ‘alaih).
Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Qodiri atau Pangersa Guru Agung Abah Aos berkisah, sejak menginjakkan kaki ke Suryalaya, alhamdulillah, tidak pernah lagi ‘kedodoran’. Salah satu di antara amaliyah yang tak pernah kedodoran lagi itu adalah amaliyah salat berjamaah.
Kita tentu bertanya, kok bisa? Tentu bisa, ada caranya, ada beberapa penjelasan yang dapat kita simak diantaranya.
Secara syari’at, salat berjamaah tentu harus ada rukun imam dan ma’mum. Ada yang tampil jadi imam, dan ada yang jadi makmum meskipun sendirian makmumnya. Cuma berdua, sah. Tapi secara teknis syari’at, seringkali syarat berjamaah ini sering tidak mudah dilakukan, misal, sedang perjalanan dan naik kendaraan umum, atau, sedang pergi ke luar negeri, sendiri, sementara kita ingin tetap salat berjamaah. Bagaimana caranya?
BACA JUGA: Natuna Bolehkan Warga Salat Berjamaah Ied di Masjid
Disampaikan Pangersa Abah di Jagat ‘Arsy: “Kalau ingin tetap dan selalu berjamaah maka tunaikanlah salat awal waktu, seraya niatkan berjamaah kepada imam, yaitu, Syekh Mursyid,”.
“Dulu, Abah seperti itu kepada Abah Anom, kalau mau berjamaah dan ingin berjamaah dengan Pangersa Guru Abah Anom, ya salat awal waktu, mengapa awal waktu, karena Abah Anom salatnya selalu awal waktu. Meskipun sendirian, di mana saja, tapi salatnya awal waktu dan niat bermakmum kepada Guru Agung maka salatnya adalah salat berjamaah,” kata Abah Aos dilansir dari chanel youtube Sufimedia38.
Pangersa Abah hanya salat di awal waktu, artinya, tidak termasuk salat yang berjamaah, apalagi berjamaah dengan Pangersa Abah, kalau kita menangguhkan, menunda-nunda salat, apalagi mepet-mepet akhir salat. Meski sendirian, ikhwan thoriqoh, asal salatnya awal waktu dan niat berjamaah kepada Abah maka sungguh ia berjamaah.
Demikianlah sejatinya, ketika secara syariat pun kita menjadi imam, di kedalaman hati, kita niat bermakmum kepada Pangersa Abah, maka salat kita terbawa berjamaah dengan beliau. Ikhtiar selalu mengikatkan diri kepada Pangersa Abah sekaligus merupakan pelaksanaan amaliyah ‘wajib’ dalam thoriqoh yakni: robithoh kepada Guru Mursyid.
Niat berjamaah salat kepada Pangersa Abah karena Abah juga selalu memakmumkan diri kepada gurunya, gurunya kepada gurunya, gurunya kepada gurunya, hingga gurunya bermakmum kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw. Jadi, kalau di-bypass, secara hakikatnya hakikat, kita sesungguhnya berjamaah kepada Baginda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam.
Alhamdulilah, kita mah ikut saja, kepada yang ikut kepada yang ikut kepada yang ikut dengan Kanjeng Nabi saw dan seluruh kekasih Alloh sampai kehadirat Alloh subhanahu wata’ala.
Akhirnya, semoga Alloh berkahi diri kita dengan curahan karomah istiqomah berjamaah, baik di dalam maupun di luar salat, dengan para kekasihNya khusus Pangersa Abah Aos, alfatihah. Amin.
Salam khidmah wal barokah, Abah Jagat, pendamping Khusus Abah Aos, Wakil Talqin Syeikh Mursyid.
(Budiana/Antik)