Senin 9 Desember 2024

Berbuat Baik-Baiklah Walaupun Hanya Sedikit

BANDUNG, FOKUSJabar.id: Berbuat baiklah walaupun hanya sedikit atau sekadar batas kemampuan dan kecakapannya. Sebab, sekecil apapun kebaikan pasti akan berguna dan bermanfaat tidak hanya bagi orang lain, namun untuk diri sendiri.

Perbuatan-perbuatan baik dapat menghapus perbuatan-perbuatan buruk. Demikian sebaliknya. Jika tak dapat melakukan kebaikan, maka tinggalkan kejahatan sejauh mungkin.

Apabila seseorang ditimpa bala’ (bencana) dengan sesuatu kejahatan atau maksiat yang diperbuatnya, janganlah sekali-kali ia serta-merta berpaling dari Allah serta meninggalkan perbuatan kebaikan dan ketaatan secara keseluruhan sehingga tidak ada lagi jalan antara dia dan Tuhannya untuk “berdamai” dan kembali kepada-Nya.

Abu Dzar meriwayatkan, Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Ikutilah keburukan yang telah kau lakukan dengan perbuatan kebaikan sehingga menghapus (akibatnya)-nya.”

Nabi juga bersabda:

Jika engkau telah telanjur berbuat keburukan, ikutilah dengan berbuat kebaikan sehingga dengan demikian engkau menghapusnya. Yang rahasia diikuti dengan yang rahasia, yang terang-terangan diikuti dengan yang terang-terangan,” (Imam Ahmad).

BACA JUGA: Xiaomi Rusak, Ini Cara Cepat Memperbaikinya

Hendaknya ia mengambil pelajaran dari kisah seorang penjahat yang kerjanya menyamun, membunuh, dan merampok harta benda milik kaum Muslim, lalu suatu ketika seorang saleh melihatnya melakukan kejahatan-kejahatan itu sedangkan ia (si penjahat) dalam keadaan berpuasa.

Orang saleh tadi berkata kepadanya, “Hai, bagaimana engkau mengerjakan semua kejahatan ini, sedangkan engkau sedang dalam keadaan berpuasa?”

Penjahat itu menjawab, “Benar, aku ingin tetap menyediakan tempat untuk ‘perdamaian’ kembali dengan Tuhanku dan tidak menutup semua jalan antaraku dengan Dia.”

Orang saleh tersebut kemudian berkata, “Tidak lama setelah itu, aku menyaksikannya sedang bertawaf keliling Ka’bah setelah bertobat, dan ketika ia melihat diriku, segera ia berkata, ‘Alhamdulillah, puasaku pada waktu itu telah membuatku ‘berdamai’ kembali dengan Tuhanku.”

Jelaslah bahwa seorang hamba Allah hendaknya selalu dalam keadaan kebaikan yang murni dan ketaatan yang penuh. Namun, apabila ia tak mampu melakukannya disebabkan dorongan nafsu yang menghalanginya atau bahkan menjerumuskannya ke dalam suatu kejahatan dan kemaksiatan, hendaknya dia tetap bergantung dan berpegang erat-erat pada ketaatan kepada Allah yang dapat dikerjakannya, sejauh kemampuannya, dilansir dari Umma.

(Nendy/umma)

Berita Terbaru

spot_img