JAKARTA, FOKUSJabar.id: Indonesia berpotensi mengimpor kopi dalam jumlah besar. Jika produksi kopi dalam negeri tidak sebanding dengan konsumsi yang terus bertumbuh setiap tahunnya.
Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki menyebutkan, konsumsi kopi di Indonesia tumbuh setiap tahunnya. Pada 2016, konsumsi kopi tercatat sebanyak 250 ribu ton. Lalu meningkat menjadi 335 ribu ton pada tahun 2019.
Sementara pada tahun ini, konsumsi kopi diprediksi akan mencapai 353 ribu ton. Dan sepanjang periode 2016-2021 diprediksi tumbuh rata-rata 8,22 persen per tahun.
“Konsumsi kopi hari ini sudah setengah kilogram per kapita per tahun. Kalau tidak disertai dengan pertumbuhan produksi kopi ‘on farm’ dalam negeri, kemungkinan kita bisa impor di kemudian hari,” ujar Teten dalam diskusi ‘Kemitraan Strategis Produksi Kopi Berkelanjutan di Indonesia’ yang digelar di Jakarta, Rabu (24/6/2020).
Teten menjelaskan, konsumsi kopi di nusantara terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan kelas menengah yang juga meningkat karena perbaikan kesejahteraan. Kopi pun sudah menjadi bagian dari gaya hidup para anak muda.
Kenaikan konsumsi kopi pun turut berpengaruh pada menjamurnya jumlah gerai kopi dari 1.083 outlet pada 2016. Naik tiga kali lipat menjadi 2.937 outlet pada 2019.
Dengan jumlah gerai kopi sebanyak 2.937 outlet di seluruh Indonesia, nilai pasar kedai kopi diperkirakan lebih dari Rp4,8 trilyun per tahun.
Di sisi lain, Chairman of Executive Board dari Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) sekaligus founder Anomali Coffee, Irvan Helmi menyebutkan, dalam 10 tahun terakhir, konsumsi kopi tercatat mencapai 102 persen. Namun, pertumbuhan produksi kopi dalam periode yang sama hanya bertumbuh 3-4 persen.
“Ini bukan berita buruk, ini sebuah sinyal peluang. Bagaimana kita mengubah peluang ini agar menjadi gerakan kemitraan untuk mendorong kopi berkelanjutan,” tegas Irvan.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud menyebutkan, Indonesia tercatat mengimpor kopi sebanyak 50.700 ton pada 2019.
Volume impor tersebut tidak sebanding dengan jumlah ekspor kopi Indonesia sebesar 553.900 ton pada 2019. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan 2018 sebesar 493.400 ton.
Musdhalifah pun mencatat, total luas lahan kopi Indonesia pada tahun 2019 seluas 1,25 juta hektare dengan 96 persen di antaranya milik perkebunan rakyat.
Produktivitas kopi dari pekebun rakyat pun dinilai masih kecil yakni 800 kilogram per hektare. Sedangkan produktivitas kopi dari perkebunan besar negara mencapai 853 kg per hektare dan untuk perkebunan swasta mencapai 860 kg per hektare.
“Di Vietnam. mereka sudah sampai 2 ton per hektare. Salah satu yang menjadi pemicu produktivitas mereka tinggi adalah air dan pupuk yang optimal,” terang Musdhalifah.
Ia menilai, salah satu dukungan untuk meningkatkan produktivitas kopi, melalui bantuan subsidi pupuk. Namun, saat ini Pemerintah melalui Kementerian Pertanian masih memprioritaskan subsidi pupuk untuk tanaman pangan.
(ars/ant)