JAKARTA, FOKUSJabar.id: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen terus mendorong sektor industri pengolahan karet agar semakin produktif, berdaya saing dan mampu melakukan diversifikasi produk. Hal itu untuk memacu program hilirisasi dan memperdalam struktur sektor manufaktur di dalam negeri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai produsen karet alam terbesar di dunia. Ini adalah potensi untuk meningkatkan produktivitas sektor industri pengolahan karet nasional.
Dia mengatakan bahwa sektor industri pengolahan karet nasional berkontribusi cukup besar terhadap perolehan devisa, hingga menembus sebesar 3,422 milyar dolar AS pada 2019.
Saat ini, terdapat 163 industri karet alam dengan serapan tenaga kerja langsung sebanyak 60 ribu orang. Sementara itu, produksi karet alam pada 2019 mencapai 3,3 juta ton, yang meliputi SIR (crumb rubber), lateks pekat, dan RSS (ribbed smoked sheet).
BACA JUGA : Erick Thohir Berharap Jabar Mandiri Industri
Dari jumlah tersebut, 20 persen diolah di dalam negeri oleh industri hilir menjadi ban, vulkanisir, alas kaki, rubber articles, maupun manufacture rubber goods (MRG) lainnya, sementara 80 persen karet alam diekspor.
Agus mengatakan, produksi karet alam baru memenuhi sekitar 55.4 persen dari kapasitas terpasang sektor tersebut yang mencapai 5,9 juta ton.
“Salah satunya dipengaruhi oleh harga karet alam dunia yang turun ke level terendah sejak 2011, yakni mencapai 1,36 dolar AS per kilogram sejak 24 Februari lalu,” kata Agus Gumiwang.
Kelebihan pasokan komoditas dan menurunnya permintaan di pasar global menjadi salah satu penyebab rendahnya harga karet alam.
“Kondisi ini berpengaruh pada kesejahteraan petani karet, menurunnya penghasilan bersih dari perusahaan karet dan menurunnya nilai ekspor,” kata dia.
(LIN/ANT)