Selasa 7 Januari 2025

Indonesia Terlibat Dalam Uji Vaksin Global

JAKRATA, FOKUSJabar.id: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggelaran uji coba global (solidarity trial) untuk vaksin Covid-19, Indonesia ambil bagian mendaftar gelaran tersebut. Kegiatan ini bertujuan mempercepat proses pemeriksaan dan penentuan vaksin untuk penyakit akibat Covid-19.

“WHO akan menyusun protokol (mengenai uji coba vaksin, red), rasanya sudah final, nanti akan disebarkan. Kita sudah mendaftarkan diri untuk solidarity trial vaccine ini,” kata koordinator nasional WHO di Indonesia Irmansyah, Jumat (15/5/2020) lalu.

Menurut Irmansayah, pihaknya mendaftarakan sebagai uji coba obat-obatan untuk menyembuhkan Covid-19. Terlebih proses pengembangan vaksin membutuhkan waktu belasan tahun, namun pada saat pembuatan vaksi ebola peneliti hanya membutuhkan empat tahun.

“COVID-19 ini (ditemukan, red) mungkin akhir tahun lalu, dan (virus, red) berhasil diisolasi mungkin awal tahun ini atau akhir tahun lalu, dan (vaksin, red) itu sudah ditargetkan tidak lebih dari satu tahun atau tahun ini. Itu percepatan yang luar biasa, sangat menjanjikan,” kata Irmansyah.

Sementara itu lewatan laman resminya WHO mengklaim sudah memiliki sekitar 120 vaksin yang telah diusulkan dari berbagai negara. Akan tetapi hanya ada enam vakis yang teruji klinis dan 70 masih menjalani eveluasi prakilinis.

BACA JUGA: Selandia Baru Sumbang Rp46 M untuk Indonesia Tangani COVID-19

Menurut dokumen yang disusun WHO, beberapa vaksin telah digunakan untuk penyakit sejenis seperti MERS, SARS, Influenza, Tuberkulosis, dan beberapa penyakit lain, seperti Ebola, Chikungunya, Zika, MenB, Flu A, Hepatitis C, dan H7N9.

Merujuk pada dokumen yang sama, produsen vaksin merupakan perusahaan bioteknologi dan institut yang beberapa di antaranya berasal dari China, Inggris, Amerika Serikat, Swedia, Jepang, Kanada, Italia, India, Jerman, Spanyol, dan Rusia.

Sementara di Indonesia, salah satu badan usaha milik negara, PT Bio Farma, juga berupaya mengembangkan vaksin dengan bekerja sama dengan lembaga riset dalam negeri melalui konsorsium nasional Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Lembaga Eikjman, serta lembaga riset luar negeri, kata Direktur Operasi PT Bio Farma, M Rahman Roestan, pada sesi seminar yang sama.

“(Salah satu, red) pendekatan untuk pengembangan vaksin COVID-19 ini yang pertama adalah mencari partner (mitra, red) dari luar negeri untuk mendapatkan transfer teknologi. Kita bekerja sama dengan institut riset, salah satunya dengan CEPI (Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi) di Norwegia. Kita juga cari yang sudah siap, salah satunya manufacturer (produsen vaksin, red) di China,” kata Rahman ketika menjelaskan langkah jangka pendek pengadaan vaksin di Indonesia.

(AS/ANT)

Berita Terbaru

spot_img