Kamis 12 Desember 2024

Dua Farmasi Kerjasama Kembangkan Vaksin Covid-19

BANDUNG, FOKUSJabar.id: Dua raksasa perusahaan farmasi di dunia, GlaxoSmithKline (GSK) dan Sanofi, berkolaborasi mengembangkan vaksin baru untuk ‘melawan’ cirus Corona (Covid-19). Ini merupakan kerjasama dua raksasa perusahaan farmasi yang pertama kali dilakukan.

“Pandemi penyakit virus corona 2019 merupakan ancaman kepada kesehatan global yang tak terduga. Kami bergabung dengan Sanofi dalam kolaborasi yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghadapinya,” ujar CEO GSK Emma Walmsley seperti dikutip Tempo.co dari laman NPR, Kamis (16/4/2020).

Walmsley menuturkan, kedua perusahaan menyatukan teknologinya dengan skala yang signifikan untuk mengembangkan vaksin COVID-19. Vaksin ini dilengkapi dengan senyawa yang meningkatkan respons kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu antigen atau vaksin (adjuvanted).

BACA JUGA: Radar Covid-19, Kecanggihan Pemprov Jatim Lawan Corona 

Dalam kolaborasi tersebut, GSK akan menyediakan senyawa adjuvanted itu. Sementara Sanofi menyediakan komponen protein spesifik dari virus corona yang akan membangkitkan respons antibodi yang sesuai.

Melalui kerjasama yang dilakukan perusahaan farmasi tersebut, lanjutnya, diharapkan mampu mengurangi waktu pengembangan vaksin secara signifikan. Dalam keadaan normal, perlu satu tahun pengembangan untuk membawa vaksin baru ke pasar.

“Uji coba rencananya akan dimulai dalam beberapa bulan ke depan. Jika kita berhasil, dengan tunduk pada pertimbangan peraturan, kami bertujuan untuk menyelesaikan pengembangan yang diperlukan untuk membuat vaksin tersedia pada paruh kedua 2021,” tegas Walmsley.

Sebelumnya, perusahaan farmasi dunia Johnson & Johnson (J&J) pun memberikan pembaruan tentang rencana pengambangan vaksin. Chief Scientific Officer J&J, Paul Stoffels mengatakan, perusahaan telah mengidentifikasi satu calon dan dua kandidat vaksin pengganti yang rencananya akan disiapkan untuk diproduksi.

“Tujuan kami adalah untuk dapat menghasilkan 1 miliar dosis vaksin secara global. Kita berharap memiliki hasil data keamanan pada kandidat vaksin pertama pada akhir tahun ini sehingga bisa memungkinkan ketersediaan vaksin di bawah otorisasi penggunaan darurat pada 2021,” ujar Stoffels.

(ars)

Berita Terbaru

spot_img