FOKUSJabar.id : Sebuah laga pembuka Piala Dunia, menjadi partai terberat bagi sebuah tim dalam gelaran Piala Dunia. Dan tak banyak kejutan yang lahir dari pembuka. Kekuatan mental menjadi faktor utama minimnya kejutan di awal kompetisi. Dari beberapa kali dari perhelatan piala dunia, hanya ada dua partai yang melahirkan kejutan dengan tersungkurnya tim unggulan.
Salah satu kejutan yang masih melekat dalam ingatan terjadi di Piala Dunia 1990, dimana sang juara bertahan Argentina dipermalukan, Kamerun dengan skor 0-1. Catatan kelam bagi tim Tango, atau sebaliknya, tinta emas bagi “The Indomitbale” Kamerun tersebut terjadi pada 8 Juni 1990 di Stadion San Siro Milan.
Bisa dibayangkan sebelum laga dimulai berbagai opini bermunculan kalau laga tersebut akan berakhir tidak seimbang. Bukan hanya status Argentina sebagai juara bertahan. Tapi juga mereka masih dipimpin Diego Armando Maradona, kapten saat merebut Piala Dunia 1986 Meksiko.
Pukulan telak yang dirasakan pasukan Carlos Bilardo saat itu akibat sundulan striker Kamerun, Francois Oman-Biyik di menit ke-61. Padahal sepanjang satu jam laga bermain, Kamerun harus menahan derasnya gempuran sang juara bertahan. Lebih memalukan lagi, Argentina tidak bisa membalas satu gol Oman-Biyik, padahal Kamerun hanya bermain dengan sembilan orang saja. Setelah Andre Kana-Biyik dan Benjamin Massing di usir oleh wasit di pertandingan itu.
Bagi Oman-Biyik, satu gol ke gawang Nery Pumpido tidak hanya mengantarkan kemenangan, dan di nobatkan sebagai man of the match. Tapi di negerinya, Kamerun, sempat muncul istilah gol “Oman-Biyik” bagi siapa saja, pemain yang mencetak gol melalui sundulan.
Baca Juga : Dampak Covid-19, Liga 1 2020 Dihentikan
Dua belas tahun berselang, kejutan di partai pembuka kembali terulang. Pada perhelatan putaran Piala Dunia 2002, Korea-Jepang, juara bertahan, Prancis mengalami nasib serupa dengan Argentina di tahun 1990. Kala itu, Tim Ayam Jantan juga dipermalukan tim dari Afrika, Senegal. Senegal yang untuk pertama kalinya lolos ke putaran final Piala Dunia, membuyarkan semua prediksi yang ada.
Sang kuda hitam ini, membuat Prancis tertunduk di akhir laga. Kalau saja Kamerun memberi kejutan lewat gol Oman-Biyik, Senegal mempermalukan sang juara bertahan melalui aksi Papa Bouba Diop di menit ke-30. Bukan nasib Prancis di Piala Dunia 2002, lebih suram dari yang dirasakan Argentina saat dipermalukan Kamerun. Kekalahan dari Senegal menjadi langkah awal mereka tersingkir di babak pertama. Sebuah laga yang tidak pernah dilupakan negeri Menara Eiffel.Sementara bagi Bouba Diop, gol kejutan laga pembuka Piala Dunia 2002 tersebut menjadi langkah manisnya merasakan kompetisi Eropa bersama klub-klub Benua Biru.
Bagaimana dengan laga pembuka di Piala Dunia selanjutnya? Akankah lahir kejutan lain di pertemuan pertama nanti?
(Ew)