spot_img
Jumat 3 Mei 2024
spot_img
More

    Distribusi Impor Segera Dibuka, Krisis Gula Pasir di Jabar Segera Tertanggulangi

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Stok gula pasir di Jabar mulai menipis akibat tersendatnya distribusi impor. Kondisi tersebut akan segera tertangani dengan dibukanya kembali pasokan impor bahan pokok.

    Penipisan stok gula pasir akibat ditutupnya pasokan impor bahan pokok oleh pemerintah pusat akibat penyebaran Covid-19 atau corona virus. Sehingga menyebabkan harga gula pasir di pasaran meroket. 

    Kepala Disindag Jabar, Arifin Soendjayana mengakui, gula pasir di Jabar masih tersedia, namun stoknya memang berkurang. Menipisnya stok gula pasir di Jabar juga terjadi akibat meningkatnya permintaan gula pasir.

    Menurut Arifin, pihaknya telah berkoordinasi dan menggelar rapat dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia (RI) untuk menangani persoalan tersebut. Hasilnya, pemerintah kembali membuka keran impor gula pasir.

    “Dari hasil kita komunikasi dengan kementerian, izin impor sudah dibuka dan dilaksanakan. Hanya saja, untuk impor (gula pasir) yang baru ini, paling akhir Maret (2020) baru terdistribusi,” ujar Arifin di Bandung, Rabu (11/3/2020).

    Arifin menjelaskan, selain gula pasir impor, Jabar juga mengandalkan pasokan gula pasir dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Oleh karenanya, Jabar pun akan mengoptimalkan pasokan gula pasir dari dua provinsi tersebut sambil menunggu gula pasir impor kembali masuk ke Jabar.

    “Angka kebutuhan gula ini belum pasti, namun di beberapa distributor stoknya memang agak kurang dan harganya tinggi, sekitar Rp17.000 per kilogram. Berapa tonasenya, saya belum ada data terbaru, yang pasti menjelang bulan Ramadhan, kebutuhan gula akan meningkat,” ucapnya.

    Arifin juga mengungkapkan, Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia atau Aprindo sebagai salah satu stabilisator harga pun kini sudah tidak memiliki stok gula pasir. Kondisi serupa juga dialami Badan Urusan Logistik (Bulog).

    Selain dengan kementerian, pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah produsen gula, seperti Gula Rajawali yang masih memiliki stok gula pasir untuk menutupi kebutuhan gula pasir di Jabar.

    “Kekurangan persediaan gula ini salah satunya akibat wabah virus Corona, memang selama ini ada impor dari Cina. Jadi, ini sudah dibuka impornya, mudah-mudahan lah segera teratasi,” kata dia.

    Arifin juga mengatakan, stok gula pasir lokal baru akan bertambah setelah proses penggilingan tebu yang diperkirakan dilakukan pada Juni dan Juli 2020 mendatang.

    “Berdasarkan hasil koordinasi dengan Satgas Pangan dan produsen gula, per 9 Maret 2020, masih ada 150.000 ton stok gula pasir yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya.

    Baca Juga : Jamaah Umrah Jabar Sudah Kembali ke Daerah Asal

    Stok gula tersebut, lanjut Arifin, sebagian besar kini sudah berada di tangan pedagang. Namun demikian, Satgas Pangan sudah menegaskan bahwa dalam waktu dua hari, stok gula pasir tersebut harus segera dikeluarkan dari gudang untuk didistribusikan.

    “Pemerintah pusat pun telah menggelar rapat lanjutan dengan perusahaan gula yang mendapatkan penugasan impor gula. Bahkan, importir pun diminta segera merealisasikan izin impor dan mengolahnya menjadi GKP (gula kristal putih) untuk didistribusikan ke pasar tradisional dan ritel modern,” kata Arifin.

    Menyikapi harga gula yang tinggi dan menipisnya stok tersebut, tambah Arifin, Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian RI juga telah memanggil para menteri terkait dan meminta pasokan impor gula pasir ditambah sebelum Juni 2020.

    “Karenanya, Kemendag RI akan segera menindaklanjutinya. Sesuai perhitungan, tambahan impor gula pasir itu akan mencukupi hingga akhir Juni (2020) yang bertepatan dengan perkiraan hasil giling tebu petani,” tuturnya.

    (AS)

    Berita Terbaru

    spot_img