BANDUNG, FOKUSJabar.id: Satria Sunda Sakti menggelar silaturahmi budaya di Paguron Al Karomah, Kp. Cilisung RT 02 RW 03 Desa/Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (2/2/2020). Kegiatan kali ini pun dihadiri sekitar 200 orang baik dari jajaran penasehat, pembina, pengurus pusat, pengurus Kabupaten Bandung, pengurus Kota Bandung hingga keluarga besar anggota Satria Sunda Sakti.
Selain menggelar silaturahmi budaya, Satria Sunda Sakti pun memberikan bantuan bagi warga yang terkena dampak banjir di wilayah Kabupaten Bandung.
Pendiri paguron Al Karomah, Wahyu Aminudin mengapresiasi kegiatan yang di lakukan paguyuban Satria Sunda Sakti. “Silaturahmi tidak hanya cukup dilakukan disini saja, melainkan menjadi pintu untuk terus mempererat persatuan agar guyub dan rukun antar manusia,” ujar Wahyu.
Silaturahmi budaya dan bantuan bagi warga yang terdampak banjir ini disambut antusias warga setempat. Selain kehadiran Satria Sunda Sakti, acara silaturahmi pun dihadiri komedian sekaligus artis sinetron Preman Pensiun, Kang Komar.
Tak hanya homoris, Kang Komar pun memiliki kepedulian yang tinggi terhadap warga yang terkena dampak banjir. Kehadiran Kang Komar pun mampu menghibur dan menambah hangat suasana.
Pembina Satria Sunda Sakti, Iwan Sejati yang didampingi Dani Hilman Hamdani mengatakan, kegiatan yang dilakukan Satria Sunda Sakti merupakan aplikasi dari sosialisasi Wangsit Siliwangi yang tidak hanya memiliki nilai budaya tetapi memberikan energi bagi para anggota untuk tetap berbuat baik.
Nilai-nilai luhur yang diajarkan para sesepuh atau leluhur tatar sunda yakni untuk selalu mengajarkan kebaikan. Tidak hanya kepada sesama manusia melainkan nilai-nilai luhur tersebut mengajarkan manusia untuk dapat mengelola dan merawat lingkungan.
Ada yang unik dari bantuan yang diberikan Paguyuban Satria Sunda Sakti. Tak hanya memberikan bantuan berupa makanan instan, Paguyuban Satria Sunda Sakti pun memberi bantuan berupa singkong.
“Ini memberikan pesan bahwa Satria Sunda Sakti masih bisa memanfaatkan hasil-hasil bumi yang ditanam oleh anggotanya. Pemberian singkong pun jadi pembelajaran kepada kita karena singkong melambangkan kesederhanaan dan kerendahanhati. Singkong pun hampir bisa ditanam dimana saja, begitupun Satria Sunda Sakti yang selalu mempraktekan sikap rendah hati dan sederhana sehingga bisa eksis dimana saja serta banyak cara untuk memberi,” terangnya.
Silaturahmi budaya di akhiri sholat Dzuhur berjamaah dan diskusi ringan dengan paguron Al Karomah terhadap persoalan-persoalan kehidupan hingga etos nilai kehidupan seiring mulai rusaknya kebudayaan yang terkikis modernisasi. Satria Sunda Sakti bukan hanya generasi penyeimbang terhadap timpangnya kebudayaan, bukan hanya pendombrak, bukan hanya pelopor, meliankan menjadi pembaharu terhadap eksistensi kebudayaan sunda pada khususnya.
(Ageng)