BANDUNG, FOKUSJabar.id: Maraknya pemberitaan seputar Sunda Empire yang kini menjadi perbincangan khalayak banyak, mengusik ketenangan masyarakat suku sunda.
Bertempat di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Jalan Perintis Kemerdekaan, Bandung, Selasa (28/1/2020), sejumlah elemen masyarakat Sunda yang terdiri dari berbagai Ormas, LSM, Paguyuban, dan elemen komunitas masyarakat sunda lainnya yang ada di seluruh Jawa Barat menggelar Gempungan (diskusi) dan menyatakan sikapnya terhadap kemunculan Kekaisaran Matahari Sunda Empire.
Dalam diskusinya, kemunculan mereka dianggap telah meresahkan ketenangan dan kenyamanan masyarakat sunda di seluruh nusantara.
“Hasil dari diskusi kami, maka kami menyatakan sikap soal adanya Sunda Empire yang telah meresahkan masyarakat,” ujar Robi Maulana Zulkarnaen, Ketua Paguyuban Sunda Wani Wirabuana ditemui di lokasi, Selasa (28/1/2020).
Pernyataan sikap tertuang dalam 5 poin. Diantaranya menolak Sunda Empire, segera hentikan kegiatan Sunda Empire, seluruh warga sunda dan seluruh simpatisannya di nusantara siap menangkal kehadiran Sunda Empire, mendorong Kapolda Jabar untuk menindak secara hukum pihak-pihak yang mengatasnamakan Sunda Empire, serta mendesak media untuk tidak mengekpose kegiatan Sunda Empire.
“Bahwasannya keberadaan Sunda Empire meresahkan dengan memakai nama sunda. Selain itu, ada pembodohan dan kejahatan psikologi dengan menyebarkan virus-virus pahamnya kepada generasi penerus kita,” ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya mendesak pihak kepolisian segera menindak lanjut Sunda Empire. “Harus ditindak secara tegas, hukum dan dicari unsur-unsur pelanggaran hukum. Soal bendera dan lainnya,” ucapnya.
“Di sana ada pembodohan sejarah dan melecehkan NKRI, karena menurut mereka semua negara harus registrasi ulang termasuk Indonesia yang katanya akan habis pada Agustus nanti,” imbuhnya.
Atas adanya peristiwa ini, pihaknya tak ingin suku sunda dipandang sebelah mata. Namun justru harus segera bangkit dan menunjukkan kebersamaannya melalui karya nyata.
“Pemikiran Sunda Empire ini semacam lamunan (mimpi), jauh dari realistis. Kami keberatan mereka membawa nama sunda, jangan sampai ini menjadi ikon baru bahwa orang sunda suka melamun (bermimpi), tentu kami tersinggung kalau ikon ini kembali keluar,” tutupnya.
(Asep/ars)