BANDUNG, FOKUSJabar.id: Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bob Lombogia memastikan terowongan kembar Curug Jompong telah dibuka meski baru akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, Rabu (29/1) nanti.
Dia memastikan bahwa banjir yang merendam Kabupaten Bandung bukan karena ditutupnya tunnel seperti anggapan sebagaian masyarakat.
Pihaknya sudah membuka terowongan tersebut sejak pertama kali difungsikan pada 17 Desember 2019. Bahkan saat ini keduanya sudah dibuka, sehingga aliran air lebih maksimal.
“Saat pertama yang dibuka hanya satu, sekarang sudah dua-duanya,” kata Bob melalui sambungan telepon, Selasa (28/1/2020).
Bob juga mengatakan bahwa keberadaan terowongan Jompong tidak bisa menuntaskan banjir di kawasan selatan ini.
Dia meminta masyarakat memahami kalau saat ini masih terjadi banjir di Kabupaten Bandung di tengah terowongan air yang sudah berfungsi.
Untuk memaksimalkan penanganan bencana itu, pihaknya tengah mengerjakan sejumlah program, seperti sodetan Cisangkuy dan kolam retensi di Andir.
Jika sodetan itu telah berfungsi, kata dia, air dari sungai tidak akan melintasi aliran di kawasan Dayeuhkolot dan diharapkan bisa mencegah banjir.
“Kami juga akan membuat kolam retensi di Andir. Seperti (kolam retensi) di Cieunteung, sekarang kan sudah tidak banjir. Kami berharap kedua proyek itu segera tuntas,” kata dia.
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, banjir di Kabupaten Bandung saat ini tidak separah sebelumnya karena telah berfungsinya terowongan kembar Curug Jompong.
“Dibandingkan sebelumnya, sekarang lebih baik,” kata Uu saat meninjau banjir di Dayeuhkolot.
Pada kesempatan itu, Uu yang membawa unsur BPBD memberikan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk warga yang rumahnya terendam.
Uu berharap normalisasi Sungai Citarum itu bisa segera tuntas agar penderitaan warga tidak terus terulang. Terlebih, Uu mendapat laporan adanya oknum pengusaha yang memanfaatkan banjir untuk membuang limbah.
“Menurut laporan masyarakat, kalau banjir datang, banyak pabrik yang membuang limbah,” kata dia.
Dia meminta kepolisian dan unsur lainnya bergerak cepat untuk menghentikan hal ini.
“Kasihan warga, sudah kebanjiran, masa harus kena limbah juga. Kami minta polisi mencari. Di saat orang lain susah, ini malah enak-enakan buang limbah,” kata dia.
(LIN)