BANDUNG, FOKUSJabar.id: Sejumlah mahasiswa disabilitas yang menggelar aksi mendirikan tenda di trotoar Balai Wyata Guna sejak Selasa (14/1/2020) malam, akhirnya mencapai kesepakatan dengan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna, Kota Bandung untuk kembali ke asrama.
Kesepakatan dicapai setelah melalui perundingan panjang dan diskusi alot sejak Jumat (17/1/2020) sore hingga Sabtu (1/12020) pagi.
Mereka bersedia meninggalkan tenda di depan balai dan bersedia mencabut berbagai spanduk yang mereka bentangkan.
Kepala BRSPDSN Wyata Guna, Sudarsono menuturkan, pada dasarnya pihaknya tidak melakukan pengusiran terhadap ke 32 mahasiswa Penerima Manfaat (PM). Bahkan. pihak Balai komitmen dengan peraturan yang ada dengan memberikan pelayanan dan pembinaan kepada mereka selama ini.
“Kami pada dasarnya komitmen. Tetap komitmen dengan opsi yang ditawarkan untuk penyelesaian apa yang terjadi ini. Aspirasi mereka Kami tampung, dimana mereka berharap selesai dengan pendidikannya. Tentu saja Kami komitmen dengan hal itu,” kata dia di Gedung Balai Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Bandung, Sabtu (18/1/2020).
“Kami pastikan berikan pelayanan sampai selesai kuliahnya. Dengan begitu, hak mereka sama dengan penerima hak lainnya. Seperti, fasilitas asrama dan makanan akan dipenuhi,” sambung dia.
Dengan kembalinya 32 mahasiswa PM ke Wyata Guna, maka secara otomatis ada ratusan PM lain yang harus menunggu mendapat kesempatan tinggal di Wyata Guna.
“Ya, tentunya dengan ini (32 mahasiswa) masuk lagi. Kapasitas tahun ini hanya 200 orang yang terbagi dalam dua semester. Karena memang maksimalnya setiap layanan itu hanya enam bulan. Jadi, satu semesternya 100. Kalau sekarang ada 32, ditambah yang masih sekolah 19 orang, berarti sudah ada 51 orang. Sisanya, PM yang baru,” tegas Sudarsono.
Rencananya, tahun ini akan ada 100 PM baru yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Namun, jumlahnya terpaksa akan dikurangi karena kuotanya diambil oleh 32 mahasiswa.
“Nah, itu yang sebenarnya yang ingin kami advokasi. Ada yang dari Kalimantan, usianya sudah 39 tahun. Dia ingin mendapatkan skill agar dia memiliki keahlian, tapi terhalang oleh masalah ini. Saya juga peduli dengan yang lain, karena ada hak disabilitas lain yang terhalang oleh masalah ini,” katanya.
Saat ini, sudah lebih dari 40 orang yang menunggu kesempatan masuk ke Wyata Guna. Jumlah itu kemungkinan akan terus bertambah.
“Pendaftarnya mengalir terus. Ada dari Lampung, Banten, Jawa Tengah dan daerah lainnya. Mereka juga memiliki hak atas layanan ini,” ucapnya.
Namun demikian, Sudarsono berharap, dengan kembalinya 32 mahasiswa disabilitas, mereka bisa mematuhi aturan yang berlaku.
Terpantau FOKUSJabar.id, mahasiswa PM dibantu oleh sejumlah relawan dan mahasiswa serta organisasi masyarakat memindahkan semua barang-barang mereka ke dalam mobil patroli Polisi.
(Asep/Bam’s)