spot_img
Minggu 16 Maret 2025
spot_imgspot_img

Maggot dan Bipori Veltikal Jadi Pioritas Pengolahan Sampah di Kota Bandung

BANDUNG, FOKUSJabar.id: Setelah mengkaji berbagai metode pengolahan sampah organik, Wali Kota Bandung Oded M Danial memutuskan untuk memprioritaskan penggunaan maggot dan teknik biopori vertikal.

Keduanya dinilai paling banyak memberikan manfaat dan relatif mudah untuk di implementasikan sekaligus menjadi bagian dari program Kurangi Pisahkan dan Manfaatkan (Kang Pisman).

“Berdasarkan hasil kajian, mulai dari magotisasi, biopori, peyeumisasi hingga segala macam cara, nampaknya saya memutuskan akan memprioritaskan pemakaian maggotisasi dan biopori vertikal. Kita akan dorong kepada masyarakat karena ini lebih mudah,” ucap Mang Oded (sapaan Wali Kota Bandung) di Balai Kota, Jalan Wastukancana Kota Bandung, Selasa (7/1/2020).

Maggot adalah larva lalat tentara hitam atau yang lebih populer disebut Black Soldier Fly (BSF). Sebanyak 10.000 maggot dapat menghabiskan 1 kg sampah organik dalam waktu 24 jam. 

Selain itu, maggot mengandung protein tinggi dan kandungan gizi yang baik untuk pakan ikan dan unggas. Oded pun melihat sisi ekonomis lain dari penggunaan maggot untuk mereduksi sampah organik.

“Maggot ini bisa dipakai untuk pakan ikan maupun pakan ayam. Apalagi kalau diolah masyarakat didorong untuk memprodusen pakan sendiri dengan campuran bekatul, saya sudah coba dengan campuran bekatul, jadi pakan ayam dan ikan bagus. Sampahnya selesai, nilai ekonominya juga masksimal. Optimal,” jelasnya.

Sedangkan biopori vertikal lebih banyak menggunakan perangkat meskipun sederhana. Metode ini menggunakan pipa untuk menampung sampah organik.

Tak seperti biopori pada umumnya, biopori vertikal dibuat dengan cara menancapkan pipa sepanjang dua meter ke tanah sedalam 0,5 meter. Pipa ini lalu diisi dengan sampah dan dibiarkan membusuk hingga terurai.

“Ini sudah dilakukan. Waktu saya ke Penang, Malaysia. Ini yang paling efektif di India. Mudah-mudahan di Kota Bandung setelah ada beberapa contoh. Lebih simpel,” katanya.

Oded pun akan meminta jajarannya mensosialisasikan kepada masyarakat tentang kedua metode ini. Meskipun begitu, ia tak menghalangi warganya jika ingin mengolah sampahnya dengan metode lain misalnya peuyeumisasi atau takakura.

“Kalau mau cara lain tidak masalah, mereka bebas memilih. Asal, sampahnya diolah,” tegasnya.

(Yusuf Mugni/ars)

spot_img

Berita Terbaru