BANDUNG,FOKUSJabar.id: Sejak dicanangkan 17 Oktober 2018 lalu, Gerakan Kang Kisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan sampah), Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah membentuk 143 Kawasan Bebas Sampah (KBS) di lingkup Rukun Warga (RW) yang tersebar di 30 kecamatan.
Untuk di tingkat kelurahan, Pemkot Bandung membentuk pemodelan KBS di 8 kelurahan. Yaitu, Arcamanik, Sukaluyu, Neglasari, Cihaurgeulis, Babakan Sari, kebon Pisang, Kujang Sari dan Gempol Sari.
Kawasan-kawasan tersebut telah mampu mengolah sampah sebesar 32,94 ton sampah organik dan 26,96 ton sampah anorganik.
“ Fokus KBS adalah memisahkan sampah. Mulai dari setiap rumah melalui kegiatan ‘door to door education’ dan ‘door to door collection’. Kami memberikan dukungan sarana prasarana berupa gerobak sampah, bata terawang, wadah sisa makanan, dan sebagainya,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), Kamalia Purbani di acara Festival Kang Pisman di Sport Jabar Arcamanik, Jumat (6/12/2019).
Tak hanya di KBS, pengolahan sampah juga melalui bank sampah. Sejak Kang Pisman hadir, bank sampah menjamur di seluruh wilayah. Saat ini terdapat 467 bank sampah yang memiliki nasabah 9.689 orang dengan total omzet mencapai Rp2,95 miliar. Bank sampah ini, telah mengolah 1.692 ton sampah anorganik.
Selain itu, pengolahan sampah organik juga dilakukan di 14 lokasi, terdiri dari 11 pusat olah organik, 2 pengolahan sampah dengan metode “black soldiers fly”, atau maggot, dan 1 pusat daur ulang di eks TPA Cibere berkapasitas 10 ton/hari. Secara keseluruhan, sampah organik yang telah diolah sebanyak 3.169 ton.
“ Ada pula 28 pengelolaan sampah mandiri oleh kegiatan komersial, kawasan pendidikan, rumah sakit, dan perkantoran. Total sampah terolah sebanyak 1.353,07 ton, atau 5,57 ton/hari selama rentang Maret sampai Oktober 2019,” katanya.
Pada acara tersebut, DLHK Kota Bandung juga memberikan anugerah kepada lembaga, sekolah, pasar, terminal, dan pihak-pihak yang mendukung gerakan Kang Pisman.
Kang Pisman award mengadopsi penilaian Adipura skala kota, dibagi dalam tiga kategori yaitu kecamatan, pasar, dan terminal. Penilaian dilakukan sebanyak dua kali yaitu tahap kesatu pada bulan Mei 2019 dan tahap kedua bulan Oktober 2019.
“ Indikator penilaian sebagaimana halnya penilaian Adipura, akan tetapi lebih dititikberatkan lagi pada implementasi dari Kang Pisman yaitu pengelolaan sampah mulai dari sumber timbulan,” imbuhnya.
Kamalia juga berterima kasih kepada tim Citarum Harum yang telah berkolaborasi dalam menjaga sungai-sungai di Kota Bandung dari timbunan sampah. DLHK bekerja sama dengan Komandan Sektor 22 Citarum Harum, Kolonel Asep Rahman Taufik memasang 43 jaring-jaring sampah di seluruh wilayah.
Kerja sama DLHK dengan Sektor 22 Citarum Harum juga mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupa 20 unit motor KLX, 30 unit motor sampah, 2 unit dump truck, dan 1 unit loader.
“ Dengan begitu diharapkan sungai-sungai di Kota Bandung tidak lagi menjadi penyumbang sampah ke Sungai Citarum,” ucapnya.
Sementara itu, Wali Kota Bandung Oded M. Danial pun mengucapkan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang mendukung gerakan ini. Bagi Oded, Kang Pisman bukan sekadar upaya menyelamatkan lingkungan dari bom waktu sampah yang bisa meledak kapan saja.
” Alhamdulillah masyarakat merespon positif Kang Pisman. Bahkan di salah satu RW, ada yang sampahnya berkurang drastis dari 6 truk menjadi 2 truk. Sebanyak 4 truk sudah diolah melalui Kang Pisman. Ini luar biasa. Dan ada banyak contoh yang seperti ini di berbagai wilayah,” tutur Oded
Menurutnya, Kang Pisman tidak hanya menyelesaikan urusan lingkungan dan sampah di Kota Bandung.
” Tapi spirit untuk terus membangun Bandung. Bukan hanya menghilangkan sampahnya dan banjirnya, tetapi juga hadir sebuah budaya baru di masyarakat,”katanya.
Ia semakin optimis Kang Pisman ini bisa membawa perubahan. Kendati tak bisa diukur secara jangka pendek, namun ia kebaikan yang nyata akan segera hadir.
“ Dengan program Kang Pisman Bandung bisa berdaya. Saya optimis kita akan punya kemandirian dalam pengelolaan sampah. Terpenting membangun peradaban baru di Kota Bandung, dan di Indonesia,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni/Bam’s)