BANDUNG, FOKUSJabar.id : Lama bergelut di dunia beladiri, Andriyas Wihardja mencoba peruntungan lain dengan menjadi seorang sastrawan. Tak tanggung-tanggung, pelatih dan pegiat olahraga pencak silat serta wushu ini menjadi seorang penulis Haiku.
Haiku sendiri merupakan puisi pendek khas Jepang. Puisi-puisi Haiku disajikan dalam tiga larik (triplet) yang masing-masing larik berisi 5, 7, dan 5 suku kata sehingga total terdapat 17 suku kata dalam sebuah Haiku.
Meski merupakan dunia baru, namun Kang Wiwih (sapaan Andriyas Wihardja) sudah mulai mencintai haiku. Kang Wiwih pun menjelma menjadi seorang pendekar Haiku.
“Keseimbangan hidup tidak semua fisik. Fisik bisa diolah dan dilatih sebagaimana seorang olahragawan. Namun disamping fisik, masih ada jiwa yang harus diberi vitamin dan itu melalui sastra. Ini membuat kita lebih seimbang dalam hidup,” ujar Kang Wiwih saat ditemui di Saung Kemangi, Cipaku Hotel, Jalan Cipaku Kota Bandung, Kamis (21/11/2019).
Bagi Kang Wiwih, menulis sebuah Haiku membuat dirinya merasa tentran dan tenang. Menulis melalui sastra, khususnya Haiku, dinilainya bisa lebih memperhalus budi pekerti dan lebih mendekatkan diri dengan alam semesta.
Coretan-coretan Haiku karya Kang Wiwih pun, disusun dalam sebuah buku dengan tajuk ‘Titian Rindu’. Haiku-haiku karya Kang Wiwih dalam buku Titian Rindu, memperlihatkan bagaimana sebuah makna rindu diartikan secara luas.
“Melalui haiku dalam buku Titian Rindu ini mengajarkan bagaimana menjembatani kehidupan sebelum ajal menjemput karena semua orang punya rindu untuk menuntaskan harapannya,” terangnya.
Sastrawan senior Yesmil Anwar pun mengakui jika buku Titian Rindu merupakan karya haiku yang barus dan penuh kedamaian serta cinta kasih. Haiku-haiku yang terangkum dalam buku Titian Rindu pun sangat segar untuk dibaca.
“Buku Titian Rindu ini menjadi tonggak keberadaan haiku di Indonesia. Penulis harus melahirkan buku haiku lain dengan kualitas yang lebih baik dan dengan fenomena atau tema lainnya,” pungkas Yesmil.
(ageng)