BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggugah kesadaran masyarakatnya agar lebih mengenali potensi bencana. Hal itu penting untuk meminimalisasi dampak saat bencana terjadi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat Supriyatno mengatakan, pihaknya mengubah konsep penanganan kebencanaan dari kedaruratan menjadi kesiapsiagaan.
Jika sebelumnya lebih berorientasi pada penanganan pascabencana, kali ini fokus terhadap pengenalan potensi bencana yang akan terjadi.
“Perlu bangun kesadaran masyarakat tentang bencana,” kata Supriyatno dalam Jabar Punya Informasi, di Bandung, Selasa (19/11/2019).
Dia menjelaskan, penanganan kesiapsiagaan ini memberi dampak signifikan terhadap keselamatan masyarakat.
Warga yang mengetahui potensi bencana dan cara penyelamatannya, memiliki peluang selamat lebih besar yakni 35 persen dibanding mereka yang sama sekali tidak mengenalinya.
“Yang tahu kebencanaan, itu bisa menyumbangkan 35 persen keselamatan untuk diri sendiri. Jika ada keluarga lainnya yang tahu, nambah 32 persen,” kata dia.
Jika seluruh warga mengenali potensi kebencanaan dan cara penyelematannya, kata dia, peluang selamat 95 persen.
“Ini yang terjadi pada masyarakat Jepang. Korbannya lebih sedikit, beda dengan Chili (saat gempa terjadi),” kata dia.
Dalam dua bulan ini, pihaknya sudah mensosialisasikan kepada 1.500 warga. Melalui cara itu, mereka pun direkrut untuk menjadi relawan agar mampu menyebarluasakan kembali ke masyarakat yang lain. Nantinya, mereka akan diperbantukan ke lokasi jika bencana terjadi.
“Edukasi, sosialisasi, simulasi. Kita bina selama empat hari untuk membantu masyarakat di lokasi-lokasi bencana,” kata dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, dari Januari-Oktober 2019, telah terjadi 1.486 bencana. Paling banyak terkait tanah bergerak (470 kali), dan kebakaran rumah dan lahan 320.
Kaitannya dengan kesiapan anggaran, dia mengatakan bahwa tahun ini tersisa Rp1,2 milyar untuk bantuan langsung ke masyarakat. Tanpa menyebut angka pastinya, dia memastikan tahun depan jumlahnya akan meningkat hingga empat kali lipat.
“Alhamdulillah, Pak Gubernur perhatian sekali. Tahun 2020 meningkat hampir empat kali dari tahun ini. Pak Gubernur ingin masyarakat yang terdampak, segera teratasi,” kata dia.
Staf Data dan Informasi BMKG Bandung Yan Firdaus Permadhi mengatakan, puncak musim hujan di Jawa Barat akan terjadi pada Desember hingga Januari mendatang. Meski sudah mulai memasuki musimnya, saat ini curah hujan masih di bawah normal.
Ini juga terbukti dengan hawa panas yang terasa akhir-akhir ini seperti di Bandung.
“Terasa panas dan lembab, karena awan hujannya ada setiap hari, tapi tidak setiap hari hujan,” kata Yan.
(LIN)