Hal itu menyusul banyaknya destinasi wisata yang dimiliki Jawa Barat, terlebih di Jabar Selatan yang menarik dikembangkan sebagai wisata halal.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kemenpar RI Wisnu Rahtomo mengatakan, wilayah Priangan Timur didukung dengan DNA-nya, yakni mayoritas Muslim, termasuk ada ribuan pesantren di sana.
Artinya, tidak ada kendala untuk dikembangkan sebagai daerah wisata halal.
“Saya perhatikan, sebetulnya tidak ada keraguan lagi untuk pengembangan pariwisata halal di sini, jadi sekarang tinggal produk wisata mana yang akan ditonjolkan karena produk wisata halal bisa masuk ke semua segmen seperti wisata alam, buatan, edukasi, hingga budaya,” kata Wisnu saat Workshop Wisata Halal di Grand Metro, Jalan H.Z.Musthafa, Kota Tasikmalaya Selasa (17/09/2019).
Dalam kegiatan yang digelar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Tasikmalaya itu, Wisnu menyebut bahwa Tasikmalaya kuat sekali muslimnya, sehingga itu menjadi modal sebagai wisata halal.
“Ada empat kesiapan untuk menjadi wisata muslim halal, yakni aksesibilitas, communication, employment dan services,” kata dia.
Sementara itu, Ketua MES Tasikmalaya Kartawan menjelaskan, wisata halal ini mampu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan muslim maupun non muslim, sehingga pengembangan menuju wisata halal itu harus duterapkan di Tasikmalaya.
” Pengembangan wisata halal ini tidak akan menghilangkan kearifan lokal, tidak meninggalkan budaya lokal dan agama tetap menjadi pedomannya,” kata Kartawan.
Dia mengatakan, wisata halal itu mulai dari input, proses sampai outputnya semuanya sesuai dengan cara-cara yang Islami.
Mes mendorong pelaku pariwisata di Tasikmalaya untuk menerapkan sistem wisata halal, karena hal ini akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat sehingga tingkat kunjungan wisatawan akan meningkat,” kata dia.
Dia menilai, ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan wisata halal, yakni produk, kebijakan pemerintah daerah, ekosistem halalnya dan SDM.
(Seda/LIN)