Kamis 12 Desember 2024

Cantika Cetak Rekor Dunia, Eko Yuli Masih Tak Terbendung

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Lifter putri Jawa Barat, Windy Cantika berhasil meraih medali emas sekaligus memecahkan rekor dunia kategori remaja di kelas 49 kg putri pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PABBSI & Pra PON XX cabang angkat besi di GOR Tri Lomba Juang, Jalan Pajajaran Kota Bandung, Selasa (20/8/2019) malam. Sementara di kelas 62 kg putra, lifter asal Jatim sekaligus lifter nasional, Eko Yuli Irawan masih belum menemukan lawan seimbang.

Pada pertandingan di kelas 49 kg putri, lifter putri Jabar kelahiran 11 Juli 2002 ini memulai dengan angkatan snacth seberat 78 kg. Di angkatan snacth kedua, Cantika berhasil mengangkat beban seberat 81 kg dan ditutup dengan angkatan snacth 84 kg.

Pada angkatan clean & jerk, Windy berhasil mencetak angkatan terbaik seberat 103 kg setelah di percobaan pertama berhasil mengangkat beban seberat 96 kg lalu 101 kg di percobaan kedua. Dengan demikian, Cantika pun berhasil mencetak total angkatan seberat 187 kg.

Dengan capaian tersebut, Cantika berhasil memecahkan rekor dunia remaja atas namanya sendiri di tiga angkatan tersebut. Yakni untuk angkatan snacth dari 81 kg menjadi 83 kg, angkatan clean & jerk dari 98 kg menjadi 101 kg, dan total dari 179 kg menjadi 187 kg.

Sementara di kelas 62 kg putra, lifter Jatim, Eko Yuli Irawan tampil tanpa lawan. Di angkatan snacth, lifter kelahiran Lampung ini berhasil melakukan angkatan terbaik seberat 135 kg. Lalu di angkatan clean & jerk, lifter peraih medali emas Asian Games 2018 ini berhasil mencatatkan angkatan terbaik seberat 171 kg. Total angkatan Eko Yuli pun menjadi yang terbaik yakni 306 kg.

Di kelas 55 kg putri, lifter andalan Jabar, Syarah gagal meraih medali sekaligus lolos ke PON XX/2020. Syarah gagal mengangkat barbel seberat 81 kg pada tiga kali percobaan yang dilakukan.

Meski mencetak angkatan terbaik di clen & jerk yakni 110 kg, namun Sarah hanya menempati posisi buncit. Medali emas dan perak di kelas ini diraih lifter Jambi atas nama Juliana Klarisa dan Yulia Eka Masweni.

Juliana berhasil mengangkat barbel seberat 78 kg di angkatan snacth, lalu 98 kg di angkatan clean & jerk dengan total angkatan 176 kg. Sedangkan Yulia Eka berhasil melakukan angkatan snacth seberat 79 kg dan angkatan clean & jerk seberat 95 kg dengan total angkatan 174 kg.

Untuk medali emas di kelas 55 kg putra, diraih lifter Nangroe Aceh Darussalam, Surahmat yang berhasil mencetak total angkatan 243 usai mencatatkan angkatan snacth seberat 103 kg serta angkatan clen & jerk seberat 140 kg. Sedangkan medali perak diraih lifter Jatim, Fauzan dengan total angkatan 232 kg (snacth 102 kg, clean & jerk 130 kg).

Sementara di kelas 45 kg putri yang hanya diikuti dua atlet, lifter Jabar , Ai Ratna gagal mencetak angkatan terbaiknya. Setelah gagal di angkatan clean & jerak dengan berat barbel 70 kg, Ai ratna hanya mampu melakukan angkatan snacth seberat 58 kg.

Sementara pesaingnya asal Kalimantan Timur (Kaltim), Lisa Setiawati mampu melakukan angkatan snacth seberat 73 kg dan angkatan clean & jerk seberat 95 kg. Lisa pun mencatatkan total angkatan seberat 168 kg.

Ketua Umum Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga (PABBSI) Jabar, Maman Suryaman mengaku sangat puas sekaligus kecewa dengan performa lifter angkat besi Jabar pada hari pertama Kejurnas PABBSI & Pra PON XX cabang angkat besi. Pasalnya, dari lima kelas yang dipertandingkan terdapat atlet yang sukses mencetak prestasi dan gagal mencapai target.

“Untuk kelas 45 kg putri, kita sangat puas dan bangga dengan prestasi (Windy) Cantika setelah meraih emas dan memastikan tiket PON XX sekaligus mewakili Indonesia di SEA Games 2019. Bahkan Cantika mampu memperuncing catatan rekor dunia kategori remaja atas namanya sendiri,” ujar Maman saat ditemui usai pertandingan, Selasa (20/8/2019) ,malam.

Maman mengaku, kekecewaan muncul saat lifter putri andalan jabar di kelas 55 kg yakni Syarah justru gagal lolos ke PON XX. Maman menyoroti strategi yang diterapkan pelatih atas kegagalan Syarah lolos ke PON XX.

“Seharusnya pelatih tidak memaksakan atlet untuk melakukan angkatan snacth dengan berat 81 kg, cukup dengan 79 kg saja. yang terpenting itu, lolos dulu ke PON XX. Jangan terlalu over confidence,” geram Maman.

Dengan raihan tersebut, Maman pun meminta para pelatih untuk lebih bijak dalam menentukan strategi bagi para atletnya. Pasalnya, masih ada sekitar 15 kelas yang belum dipertandingkan.

“Kegagalan Syarah harus jadi evaluasi, peluang kita meraih medali di PON XX sudah hilang satu. Jangan sampai ini terulang. Yang terpenting, lolos saja dulu ke PON XX,” tegasnya.

(ageng)

Berita Terbaru

spot_img