JAKARTA, FOKUSJabar.id: Langkah pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan ekspor produk buah-buahan ke Tiongkok dinilai positif.
Terlebih produl hortikultura menjadi salah satu produk unggulan Indonesia, bahkan bernilai besar.
Lobi Mendag di sana diharapkan mampu menaikan kuota impor manggis dan buah lainnya menyaingi Thailand dan Vietnam.
“Cukup positif jika bisa mengekpor komoditas itu ke sana, apalagi buah-buahan menjadi unggulan,” kata Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal melalui rilis, Rabu (24/7/2019).
Potensi ekspor ke Tiongkok tercermin dari membaiknya ekspor manggis ke negara tersebut. Fithra optimistis ekpor manggis bisa membaik seperti sebelum Tiongkok membatasi impor dari Indonesia.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melakukan serangkaian langkah lobi ke Cina. Langkah tersebut sebagai upaya mendongkrak ekspor ke negara tersebut.
Komoditas yang diharapkan menjadi pendongkrak neraca perdagangan Indonesia adalah CPO, buah-buahan dan sarang walet.
Mendag berharap dari lobi yang dilakukan, Indonesia bisa meraih setidaknya USD 1milyar per tahunnya dari ekspor sarang burung walet.
Adapun komoditas ekspor yang diprioritaskan, yakni yang tidak diprodukai Tiongkok.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor manggis ke Tiongkok pada 2018 tercatat sebesar 38,83 ribu ton, atau tumbuh hingga 324 persen dibandingkan ekspor pada 2017 yang hanya mencapai 9,16 ribu ton.
Nilai ekspor manggis pada 2018 pun tercatat sebesar Rp474 milyar atau tumbuh 778 persen dari nilai ekspor pada 2017 yang sebesar Rp54 milyar.
Ekspor manggis ke negeri Tiongkok pernah mencapai USD 36 juta pada 2012. Namun, angkanya turun drastis menjadi USD 96 ribu di 2013, menyusul larangan impor manggis dari Indonesia yang diberlakukan negara tersebut.
Pengamat ekonomi Indef Rusli Abdullah mengatakan, kekayaan alam berupa buah-buahan yang beranekaragam menjadi kekuatan Indonesia.
Hal itu menciptakan peluang bagi Indonesia untuk mengekspor buah-buahan tropia ke negara empat musim, salah satunya Tiongkok.
“Tiongkok itu empat musim, Indonesia dua musim, punya buah-buah tropis yang kalau dijual ke Tiongkok laku banget. Karena orang-orang empat musim sangat suka buah-buahan tropis mereka stok untuk musim dingin,” kata Rusli.
Menurut dia, buah-buahan yang cukup potensial, seperti manggis, salak, durian, maupun nanas berpeluang terus diekspor ke Tiongkok karena cenderung tahan lama. Sementara, buah seperti pisang meskipun produksinya cukup banyak namun kurang tahan lama.
“Karena jarak Tiongkok dan Indonesia cukup jauh, jadi rentan busuk,” ungkap dia.
Kendati begitu, Rusli mengingatkan agar daya saing perkebunan ditingkatkan dan harus dikelola secara massif atau dalam skala besar.
Selain itu, rantai pasok juga harus diperbaiki dengan memanfaatkan dana desa.
“Karena kebun-kebun buah ini kan banyak di desa-desa,” kata dia.
Menurut dia, salah satu problem ekspor adalah penanaman yang terpencar dan produksi yang tidak berkelanjutan.
Rusli juga menyebutkan beberapa buah yang potensial misalnya produksi belimbing dan jambu air di Demak, Jawa Tengah. Apalagi, Demak dekat dengan pelabuhan di Semarang sehingga lebih mudah diekspor ke negeri Cina.
(LIN)