BANDUNG,FOKUSJabar.id: Guru yang kreatif dan produktif menjadi sebuah persoalan yang krusial dalam dunia pendidikan untuk membentuk siswa didik yang berkarakter.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Dikdasmen Muhammadiyah Jabar, Andri Yana pada Seminar Pendidikan Karakter ‘Guru Milenial: Kreatif, Produktif dan Berkarakter’ di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang Kota Bandung, Sabtu (1/6/2019) malam.
Andri menuturkan, selama ini, sebagian besar guru masih bersifat konservatif dan kurang mengembangkan apa yang menjadi kebutuhan siswa didik. Kondisi tersebut berdampak pada output dari hasil belajar mengajar terhadap siswa didik.
“Siswa didik itu membutuhkan sebuah metodologi. Bagaimana dia berpikir lebih baik, lebih cerdas dan lebih termotivasi melalui kegiatan belajar mengajar yang diberikan guru. Selama ini, guru hanya mengajar dengan sumber yang sudah ada, masih konservatif sehingga siswa menjadi kurang kreatif dan kurang berkembang,” ujar Andri saat ditemui usai acara, Sabtu (1/6/2019) malam.
Sebelum melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), lanjutnya, guru harus mengkaji terlebih dahulu materi yang akan disampaikan. Selain itu, guru harus mampu berkreasi dalam menyampaikan bahan pengajaran tersebut kepada siswa didik dan tidak terpaku pada satu sumber yang ada sehingga siswa mampu menerima apa yang diajarkan dan mampu menerapkannya.
“Guru kita itu masih konservatif dan dampaknya terhadap siswa adalah mereka kurang mampu serta cakap dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Saat siswa itu lulus, seharusnya sudah mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi dan selama ini treatment guru tidak seperti itu sehingga banyak siswa yang kurang siap menghadapi dunia nyata,” terangnya.
Menjadi seorang guru yan kreatif dan produktif, menurut Andri, yakni bagaimana guru memahami terkait metodologi pembelajaran, sumber apa yang akan diberikan, mampu membuat silabus sebagai metode pembelajaran yang menarik ke siswa dengan alat bantu yang ada. Dengan demikian, output dari pengajaran yang dilakukan yakni membuat anak mampu mencari solusi dalam proses pembelajaran itu.
“Di Indonesia, banyak guru yang memiliki kapasitas kemampuan metodologi yang rendah dan kemampuan riset yang rendah dengan sumber yang terbatas. Untuk itu, guru berkarakter itu harus mampu mempersiapkan diri dengan banyak literasi, banyak melakukan trial and error dalam proses pembelajaran, mau belajar serta meningkatkan kapasitas diri. Tidak sekadar transfer ilmu pengetahuan,” tegasnya.
(ageng)