spot_img
Senin 9 Juni 2025
spot_imgspot_img

Gubernur Jawa Barat Ingin bjb Naik Kelas

BANDUNG, FOKUSJabar.id: Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (Emil) meminta para direksi baru dapat mengantarkan bank bjb naik kelas dari bank buku tiga menjadi empat dengan mengutamakan prinsip tiga pro. Yakni, Profitability, Pro Development dan Pro Poor.

Hal itu Emil sampaikan saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Tahun Buku 2018 PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.

Profitability artinya bank harus untung, pro development (mendukung program pembangunan sesuai dengan namanya bank pembangunan daerah) dan Pro Poor berpihak pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) UKM dan masyarakat menengah bawah.

” Jadi saya minta dalam tahun-tahun mendatang, terjadi sebuah akselerasi dengan konsep tadi (visi tiga pro),” kata Emil  kepada seluruh peserta RUPS dan pemegang saham bank bjb.

” Kalau tiga hal ini berhasil, kami punya cita-cita. Saya sudah konsultasi dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), kalau tiga ini dilakukan dengan profesionalisme dan ketekunan yang luar biasa, bank bjb bisa naik kelas ke bank buku empat,” tambahnya.

Menurut Emil, hingga saat ini bank bjb belum memberikan kontribusi maksimal dalam pembangunan daerah dan masyarakat. Dengan begitu, setiap benefit yang diperoleh bank bjb harus terasa tidak hanya dalam hitungan tahunan saat RUPS saja.

” Kami pemegang saham punya pandangan bahwa benefit bjb harus terasa oleh kami dalam hitungan harian, mingguan, bulanan, tidak hanya bertemu di akhir tahun mendengarkan laporan (di RUPS Tahunan Tahun Buku). Istilah saya menjadi bank pembangunan, sesuai dengan namanya bank pembangunan,” papar Emil.

Emil berharap, penyaluran kredit bjb tidak hanya di sisi komersial, swasta dan konsumen saja tapi juga ada penyaluran kredit ke daerah-daerah untuk berbagai program pembangunan.

Selain itu, dia meminta bjb berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan melalui penyaluran kredit permodalan yang mudah dan cepat. Hal ini sebagai bentuk pencegahan masyarakat untuk tidak menerima pinjaman dari fintech dan rentenir.

” Para kepala daerah punya tugas mulia untuk mengentaskan kemiskinan. Tapi terkadang instrumen kita terbatas. Kenapa banyak fintech dan rentenir? Karena mudah, bukan karena memudahkan dari sisi pembiayaan karena kalau pembiayaannya (seperti bunga) mencekik,” tutur Emil.

Dengan begitu, sebuah bank perlu mengetahui sisi psikologis konsumen atau nasabah, sehingga pihak bank perlu melakukan jemput bola seperti pola penawaran kredit yang dilakukan oleh fintech dan rentenir.

“Artinya bank harus hafal psikologis konsumen. Artinya, hari ini minta jemput bola bukan datang ke kita (bank). Kalau pola banknya tidak berubah maka akan ditinggalkan (nasabah). Maka rentenir tumbuh subur, itulah kita lawan,” katanya.

Sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan zaman teknologi informasi atau digital, Gubernur mengusulkan agar bank bjb memiliki tambahan direktur. Yakni, Direktur IT (Information Technology).

Posisi tersebut sebagai bentuk relevansi bjb dengan perubahan di era digital.

” Fenomena perubahan hadir di depan mata, kita tinggal bisa ikutan atau ketinggalan,” imbuhnya.

Salah satu contoh relevansi industri jasa keuangan yang telah hadir di era industri 4.0 ini yaitu financial technology (fintech). Menurut Emil, fintech telah menyebar dan sering kali masuk ke ruang ekonomi rakyat tanpa bisa dikendalikan. Hal ini pun menjadi tantangan bagi Bank bjb agar bisa bersaing secara gesit melalui teknologi.

(Bam’s)

spot_img

Berita Terbaru